Kamis, 16 Maret 2017

PEDAGANG BUKU TITI GANTUNG, PINDAH LAGI GUSUR LAGI

TITI GANTUNG DARI MASA KE MASA

Aku tidak tahu pasti sejak kapan pedagang buku di TITI GANTUNG - STASIUN KERETA API MEDAN mulai ada. Namun semenjak aku menjejakkan kaki di kota Medan untuk menuntut ilmu tahun 1991 pedagang buku ini telah ada dan seingatku pada tahun 1987 aku ke kota Medan pedagang buku di kawasan Titi Gantung ini sudah ada.

Kenapa di katakan Titi Gantung ?

Kawasan ini merupakan kawasan stasiun kereta api. Kereta api dari stasiun ini akan menghubungkan transportasi dari Medan menuju kota - kota lain di Sumatera Utara yaitu tujuan : Medan  - Tebing Tinggi, Medan - P. Siantar, Medan - Tanjung Balai, Medan - Kisaran dan Medan Rantau Prapat.
Dan juga ada jalur dekat yaitu Medan - Binjai. Sebelumnya ada jurusan Medan - Belawan.

Di sekitar stasiun ini ada terdapat jembatan yang menghubungkan jalan dari Jalan Stasiun menuju Jalan Irian dan Jalan Jawa. Jembatan ini yang populer dengan sebutan Titi Gantung karena jembatan itu menggantung di atas rel kereta api yang  akan menghubungkan jalur kereta api dari Medan menuju kota - kota lain dan sebaliknya.





( documentasi diambil sekitar tahun 2010 ).

Di lokasi ini tersedia lapak - lapak pedagang buku yang menjual buku bekas dan buku baru dengan harga yang sangat terjangkau. Aku selalu membeli buku disini untuk keperluan semasa aku menuntut ilmu di kota Medan. Harga yang terjangkau dan masih boleh ditawar membuat pelajar - pelajar, orang tua pelajar selalu menentukan lokasi ini sebagai tujuan utama untuk browsing buku sebagai kelengkapan dalam proses belajar mengajar.

Selain di lokasi Titi Gantung juga terdapat pedagang buku yang membuka lapak - lapak dan kios - kios di Jalan Salak persimpangan Jalan Sutomo dan Jalan Pandu namun sekarang kios - kios tersebut hanya tinggal kenangan dan sejarah saja. ( Jalan Salak sekarang terkena jalur ganda kereta api untuk tujuan kereta api ke Bandara Kuala Namu )

Kembali ke pedagang buku Titi Gantung.
Di sekitar Titi Gantung, Jalan Irian dan Jalan Jawa     ( namun semua menyebutnya pedagang buku Titi Gantung ) buku bergenre apa saja ada dijual disni mulai dari buku pelajaran wajib sekolah mulai dari SD - Perguruan Tinggi,  science, fiksi, non fiksi, agama dan berbagai lainnya tersedia disini.
Namun seiring perkembangan zaman dan perubahan pucuk pimpinan Kota Medan pedagang buku mulai mengalami pemindahan dan penggusuran.
Pada awalnya untuk menata kota Medan pedagang buku Titi Gantung direlokasi di sekitar Lapangan Merdeka tepatnya di sisi Jalan Stasiun dibuatkan kios - kios. Sempat beberapa tahun menempati lokasi ini karena akan dijadikan perubahan peruntukan pedagang buku disini dipindah dan direlokasi ke Jalan Perniagaan di sekitar rel kereta api di depan Perisai Plaza.




 Kini karena perubahan fungsi dan akan dibuat jalur ganda pedagang buku Titi Gantung kembali digusur dan direlokasi ke Lapangan Merdeka menempati lokasi penggusuran kedua setelah sebelumnya atau cikal bakalnya di Titi Gantung.
Namun beberapa masih tetap bertahan di lokasi awal pertama kali toko buku ini berada. Melihat keberadaan sekarang dan gaya hidup masyarakat yang telah berubah ke budaya online keberadaan toko buku Titi Gantung kiosnya semakin lama semakin berkurang tidak seperti pada masa 1990 - 2000 dimana masyarakat, pelajar masih membaca buku dan tidak melalui media digital dan online. Peminat dan pengunjung Titi Gantung semakin berkurang tergantikan dengan media online dan buku - buku yang tersaji dan tersedia di  internet dan media online.

"Buku adalah jendala dunia" tergantikan dengan "Internet Jendela Dunia" .
Jadi teringat dengan lagunya Fadli vocalis group band Padi yang mengawali cerita kartun " UPIN & IPIN ".............'"baca bukumu" himbauan kepada anak - anak untuk gemar membaca berganti dengan 'buka ipadmu, mainkan gamemu dan update sosmedmu". Miris memang.

Ayo.. kembali gerakan mulai membaca buku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar