Kamis, 28 Oktober 2021

MENYUSURI BANGUNAN SISA KOLONIAL BELANDA PART IV - GEDUNG WARRENHUIS

Medan sebagai kota terbesar nomor tiga di Indonesia banyak menyisakan sisa sisa bangunan kolonial Belanda, terutama di kawasan Kesawan yang pada dahulu menjadi pusat bisnis dan pemerintahan di zaman kolonial  Belanda. Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya yakni Kantor Pos Besar, Gedung PP Londsum dan Gedung Asuransi Jasindo.
 
Berjalan sekit ke belakang Gedung PP Lonsum akan banyak kita jumpai bangunan - bangunan tua yang tidak berfungsi atau ditinggalkan pemiliknya.

Kali ini aku ingin menulis tentang bangunan yang terdapat di Jalan Ahmad Yani VII tepatnya di sekitar belakang bangunan PP London Sumatera terdapat juga bangunan - bangunan tua yang masih dihuni berupa ruko - ruko lama yang kalau kita amati penuh dengan orientasi China seperti halnya bangunan - bangunan tua di Kota Malaka - Malaysia. 

Namun kali ini aku bukan mengulas tentang bangunan ruko - ruko Pecinan tersebut tapi terdapat bangunan tua yang sudah tidak dihuni bahkan nyaris terbengkalai.



Gedung ini pada masanya dikenal dengan nama Warrenhuis. Letak bangunan yang sangat strategis tepat di persimpangan dengan arah pintu menghadap jalan yang sekarang dinamakan Jalan Ahmad Yani VII dan Jalan Hindu. Bangunan ini hanya berjarak beberapa meter saja dari Bangunan PP London Sumatera. 

Pada pintu utama bangunan terdapat tugu yang berdiri kokoh menghadap ke jalan raya. Dari segi arsitektur bangunan sesuai dengan kondisi daerah tropis. Arsitek membangun gedung ini dengan memperbanyak ventilasi dan jendela - jendela agar sirkulasi baik dan memberikan kenyamanan di tengah wilayah tropis yang panas dan lembab.

Menurut sejarahnya Gedung Warrenhuis dibangun pada tahun 1916 tidak berjarak jauh dengan bangunan kantor pos dan gedung PP Londsum serta Gedung Jasindo. Hanya saja bangunan ini berfungsi sebagai tempat perdagangan atau perniagaan kebutuhan sehari - sehari atau seperti yang disebut saat ini dengan Supermarket.

Menurut sejarah yang aku baca setelah selesai dibangun, gedung ini diresmikan penggunaannya pada tahun 1919 setelah tiga tahun dari proses pembagunannya oleh  Walikota Medan saat itu yaitu Daniel Baron Mackay. Kalau kita hitung sejak pembangunan pertama berarti gedung ini telah berusia 105 tahun.

Aku sendiri belum pernah masuk ke dalam bangunan ini, hanya sering melihat dari luar saja. Menurut literatur yang aku baca, Warrenhuis merupakan cikal bakal perdagangan modern pertama di kota Medan yang menjual aneka kebutuhan sandang, pangan dan juga barang - barang elektronik. 

Gedung ini hingga saat ini belum difungsikan lagi, namun oleh Walikota Medan yang baru Bapak Bobby Nasution pernah coba difungsikan sesuai dengan tekad beliau untuk menjadikan Kawasan Kesawan "Kitchen of Asia" yang sempat menumbuhkan semangat dan optimis bagi kita warga Medan namun Pandemi Covid 19 yang terpaksa harus menutup kegiatan tersebut dan entah kapan lagi dihidupkan kembali kegiatan perekomian di Kawasan Kesawan tersebut.

Menurut beberapa informasi yang aku baca di kanal - kanal online gedung ini merupakan milik dari Daliph Singh Bath yang merupakan taipan di masanya untuk usaha bioskop. 
Dan menurut kabar dari media yang aku baca pihak ahli waris juga berkenan jika bangunan ini dijadikan cagar budaya. Semoga saja kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Medan dengan pemilik Gedung Warrenhuis ini bisa terwujud sehingga menjadikan Medan sebagai kota yang bermartabat dan bersejarah.