Jumat, 22 Desember 2017

TJONG AFIE MANSION ( Bagian II )

Melanjutkan tulisanku sebelumnya ( TJONG AFIE MANSION Bagian I ), menyusuri rumah Tjong Afie bagiku merupakan keasyikan sendiri dan anakku sangat menikmati eksplor di mansion tersebut.
Setelah explore di kamar utama Tjong Afie, kami menyusuri ruang - ruang lain yang tidak kalah menariknya.

di ruang terbuka antara pendopo utama, sayap kiri dan kanan serta ruang pemujaan ( sembahyang )
Keluar dari ruang tidur utama maka kita akan menjumpai ruang terbuka yang menghubungkan sayap kiri dan kanan serta ruang pemujaan. Ruang terbuka tersebut memberikan cahaya matahari masuk, sehingga ruangan - ruangan lainnya tetap terang dan tidak pengap. Benar - benar design yang memperhatikan kesehatan dan ramah lingkungan. Antara ruang pendopo ke ruang terbuka terdapat pintu besar yang berukir.

suasana di ruang makan
Selanjutnya kami mengunjungi ruang makan. Meja besar tersusun rapi dengan peralatan makan dari porcelen yang tertata rapi di meja makan. 
Kalau menurutku peralatan makan tersebut kemungkinan besar berasal dari China, hal ini dilihat dari design dan lukisan di sekitar peralatan tersebut.

Di sekitar ruang makan tersebut terpampang foto - foto para pembesar negeri ini sedang dijamu makan oleh Saudagar Tjong Afie. Ruang makan ini embujur memanjang dan perabotan sepert meja makan menyesuaikan dengan bentuk ruangan. Disisinya terdapat pintu yang menghubungkan ke halaman belakang. Halaman belakang ini menghubungkan dengan Jalan Perniagaan dan juga dapat menuju ke Pajak Ikan. Dari ruang makan ini di sisi depannya pada bangunan sayap terdapat tangga untuk menuju ke bangunan lantai dua.
peralatana makan di Tjong Afie Mansion
Di lantai dua bangunan banyak jendela - jendela yang memberi kesan terbuka sehingga udara dan cahaya dengan leluasa dapat masuk dan antara bangunan utama dengan bangunan sayap senantiasa dibuat celah atau ruang terbuka sehingga masing - masing kamar ventilasi dan tata cahaya selalu terjaga dan tidak memberikan suasa pengap di masing - masing kamar. Dan ditiap - tiap ruang atau kamar selalu dibuatkan jendela - jendela yang besar dengan design dan ornamen Melayu

ruang terbuka antara bangunan utama dan bangunan sayap
Menuju ke lantai 2 kita akan melewati tangga - tangga kayu yang masih terjaga dan terawat. Di lantai 2 semua bangunan berlantai kayu sedangkan di lantai 1 berlantai porcelen. Di lantai 2 bangunan didominasi dengan kamar - kamar. Menurut saya ini dahulunya adalah ruang tidur untuk anak keturunan dari Saudagar Tjong Afie.

Di lantai 2 terdapat pendop yang sangat luas. Menurut keterangan, ruangan ini dahulunya digunakan sebagai ruang dansa. Mungkin untuk menjamu para tamu dari Tuan - Tuan dan Nyonya Belanda atau rekan - rekan dagang dari Saudagar Tjong Afie.

Bangunan sayap umumnya adalah kamar - kamar tidur, namun untuk saat ini bangunan sayap digunakan sebagai tempat pajangan untuk souvenir berupa kebaya encim ( kebaya nyonya ) atau cenderamata lainnya. Juga di ruangan di sekitar bangunan sayap terdapat satu ruang untuk melayani pengunjung untuk minum ( tersedia aneka minuman dan soft drink yang memang dijual untuk para pengunjung.
Ternyata di lantai 2 banyak yang dapat kita explore lagi ruangan - ruangan dan peninggalan - peninggalan barang - barang dari Saudagar Tjong Afie.

di lantai 2, pendopo yang dahulu sebagai ruang dansa
Untuk melihat sepak terjang Sudagar Tjong Afie masa dahulu kita dapat melihat di ruang Galeri Foto yang dapat menceritakan tentang perjalanan Tjong Afie dan sepak terjangnya sebagai Saudagar yang sukses pada masa itu serta usaha - usaha dagang dan juga bagaimana hubungan dengan para pembesar dan masyarakat pada masa itu. Dan disini kita juga dapat melihat foto - foto Kota Medan pada masa dahulu. Namun di galeri foto kita tidak diperkenankan untuk mengambil foto. Di Tjong Afie Mansion hanya 2 ruangan yang dilarang untuk berfoto yaitu : ruang pemujaan dan ruang galeri foto, selebihnya kita bebas untuk berfoto ria.

Foto - foto berikut mungkin dapat menceritakan atau menggabarkan tentang keadaan Tjong Afie Mansion.

Tangga menuju Lantai II dari ruang makan

kamar salah satu cucu/cicit dari Tjong Afie
batas zona larangan masuk, dimana pewaris Saudagar Tjong Afie sampai sekarang masih mendiami mansion ini
di sekitar bangunan sayap ( side wing )
Taman diantara bangunan utama dan bangunan sayap
masih di sekitar lantai II
di ruang dansa Lantai II
sofa santai di lantai 2 dengan kesan ruang terbuka
sofa lainnya di lantai 2
jendela - jendela besar dan terbuka yang menghadap kawasan kesawan ( jalan ahmad yani )


gilingan bumbu dan tepung di dapur Tjong Afie Mansion

peralatan dapur di Tjong Afie Mansion

Tungku masak di dapur Tjong Afie Mansion

Sumbangsih Tjong Afie yang sekarang masih digunakan yaitu Mesjid Lama Gang Bengkok yang berada di Jalan Mesjid yang bangunan mesjid ini sepenuhnya dari Tjong Afie yang dibangun di atas tanah yang diwakafkan oleh Haji Muhammad Ali atau dikenal juga dengan Datoek Kesawan. Mesjid Lama Gang Bengkok merupakan mesjid tertua kedua di Kota Medan setelah Mesjid Raya Al Osmani yang berada di Pekan Labuhan, Medan Labuhan.
Kami sempatkan mengunjungi mesjid ini dan sholat dzuhur sebelum kami lanjutkan perjalanan aku dan anakkku ke tempat lainnya.
Jadi sempatkanlah untuk explore wisata Kota Medan dengan mengunjungi bangunan bersejarah dan bangunan unik lainnya di Kota Medan yang masih tersisa dan terjaga.
Salam

Rabu, 20 Desember 2017

TJONG AFIE MANSION ( Bagian I )

Dari dahulu pertama kali menginjakkan kaki di kota Medan, aku selalu penasaran dan ingin tahu tentang bangunan lama yang berdiri megah di tengah - tengah bangunan pertokoan di Jalan Ahmad Yani Medan. Bangunan yang sangat kental dengan ornamen China dengan warna cat hijau selalu mengusik keinginanku untuk dapat masuk dan melihat - lihat bangunan ini.

Tjong Afie Mansion dari halaman depan
Berkali - kali rencana berkunjung namun selalu gagal, pada akhirnya tanggal 03 Desember 2017 rasa penasaran itu akhirnya terwujudkan. 
Tjong Afie Mansion kita sudah menjadi cagar budaya kota Medan dan boleh dikunjungi untuk masyarakat umum. Berbekal semangat aku dan anakku dari rumah menaiki angkot trayek 78 menuju ke lokasi Tjong Afie Mansion. Akhirnya sampai juga kami di rumah Saudagar Tjong Afie.

AFoto dari Saudagar Tjong Afie
Memasuki halaman kita disambut para pemandu yang akan mengajak dan menjelaskan kepada kita tentang sejarah dan sudut - sudut ruangan Tjong Afie Mansion. Tiket masuk dikenakan sebesar Rp. 35.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 20.000,- untuk anak - anak. Setelah membayar tiket kita akan dibawa oleh para pemandu untuk mengelilingi rumah Saudagar Tjong Afie. 
Rumah ini terdiri dari 2 lantai, dengan bangunan utama ditambah bangunan sayap disisi kiri dan kanan. Bangunan ini didominasi dengan gaya atau ornamen China, Eropah dan Melayu. Bangunan utama dengan bangunan sayap samping dihubungkan dengan ruang terbuka. Bangunan ini terdiri dari 35 kamar dengan luas bangunan 640 meter2 di atas tanah seluas 2200 m2. Pintu gerbang akses menuju halaman sebelum menuju ke bangunan utama. Pintu gerbang utama didominasi oleh desain yang kental akan ornamen China.



Pintu gerbang seperti layaknya pintu gerbang rumah - rumah di China dengan dilengkapi dengan 2 patung singa dan pintu yang dicat warna hijau yang merupakan warna khas Melayu. Pintu gerbang ini merupakan akses utama untuk menuju ke Bangunan Utama. Sebelum memasuki bangunan utama kita akan disambut dengan teras yang memanjang sepanjang bangunan utama yang berlantai tegel yang berasal dari Italia. Teras bangunan ini beratapkan genteng dengan pilar - pilar yang menyanggah dengan kokoh bangunan lantai dua..


Memasuki gedung utama kita akan disambut dengan pendopo yang sangat luas. Disini akan kita jumpai aneka perabot dari kayu berukir yang sangat ini dan juga perabot - perabot lainnya. Lantai I di bangunan utama semuanya dari porselen atau tegel yang bercorak geometris sedangkan Lantai II terbuat dari kayu, yang sampai saat ini masih tetap terjaga keasliannya.

Pendopo utama begitu masuk ke Tjong Afie Mansion dengan lantai dari porselen dengan desai geometris

Bangunan Rumah Tjong Afie terdiri dari banyak jendela yang berfungsi sebagai ventilasi udara dan juga memberi kesan terbuka bagi ruangan sehingga cahaya masuk ke rumah, mengingat Medan adalah kota tropis yang beriklim panas.

Bangunan yang katya akan jendela yang berfungsi sebagai ventilasi

Bangunan jendela mengambil unsur Melayu serta warna yang didominasi dengan warna hijau sebagai simbol betapa dekatnya hubungan Tjong Afie dengan Kesultan Deli yang dianggap sebagai kerabat atau saudara dekat.
Di depan bangunan terbuka tersebut terdapat altar pemujaan kepada dewa ( tidak diperkenankan untuk berfoto ). Di depan pendopo utama kita akan dibawa ke kamar tidur utama, dimana merupakan kamar tidur dari Saudagar Tjong Afie. Disini masih kita jumpai koper yang pertama kali dibawa oleh Tjong Afie dari China ( Guangdong ) serta tempat tidur dan perabotan lainnya.

Kamar tidur Tjong Afie
Koper yang dibawa dari China saat menuju Tanah Deli

Tjong Afie merantau ke Tanah Deli pada saat berumur 18 tahun mengikuti jejak abangnya yaitu Tjong Yong Han yang lebih dahulu merantau ke Tanah Deli dan sukses. Keluar dari kamar tidur Tjong Afie kita akan berada di ruang terbuka yang akan mnghubungkan ke ruang altar pemujaan dan juga dapat menuju ke bangunan sayap samping kiri dan kanan ( Side Wing ). Di bangunan sayap juga terdapat kamar - kamar yang merupakan bagian dari 35 kamar tadi.

Banyak yang hendak kutuliskan tentang Tjong Afie Mansion ini namun berhubung masih ada pekerjaan akan aku lanjutkan tulisanku nanti pada TJONG AFIE MANSION ( Bagian II )



Jumat, 01 Desember 2017

BANJIR DI AWAL DESEMBER

BANJIR DI AWAL DESEMBER



Menikmati kotaku
Menikmati kenangan masa lalu
Masa - masa yang dahulu
Melewati jalanan yang tak lagi berdebu


Menikmati kotaku
Kini tak seperti dulu
Banjir mengintaiku
Desember ternyata masih kelabu

Desember ternyata tak bersahabat denganku
Genangan air tumpah ruah di sepanjang jalan kotaku
Desember masih menyisakan cerita kelabu
Tentang hujan yang tak berdamai dengan kotaku

Desember dengan sejuta rasa
Rasa yang terus mendera
Tentang kota yang tak lagi ramah
Tentang sekitar yang seperti bencana

Desember memberi cerita yang membuncah
Cerita sepanjang jalan dan entah dimana saja
Tak ada yang tersisa dan semuanya sama
Tentang kota yang tidak tertata
Dan siap menghadirkan bencana