Selasa, 25 April 2017

ES DAWET & CENDOL

BEDA ES DAWET DAN CENDOL

Sering dalam pikiranku bertanya apa beda antara es dawet dengan cendol. Secara fisik dan rasa tak ada bedanya. Minuman yang terbuat dari santan kelapa, gula merah dan cendol yang dicampur menjadi satu secara rasa dan tampilan sama saja. Setelah aku search di google yang membedakan hanyalah tempatnya saja. Es dawet asalnya dari Jawa tepatnya Banjarnegara kalau cendol berasal dari Sunda. Dan masih menurut yang aku baca kalau es dawet cendolnya dibuat dari bahan tepung beras sedang cendol bahan cendolnya dari tepung hunkwee. Menurutku sama saja antara cendol dan dawet yang membedakan masing - masing daerah saja menyebutkannya, masalah bahasa yang beraneka ragam yang tidak bisa dipaksa untuk diseragamkan.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, es dawet atau cendol selalu mengiringi setiap proses atau daur kehidupan seseorang. Setiap pasangan yang akan menerima anugrah momongan yang pertama dari ALLAH SWT biasanya akan mengadakan acara 7 ( tujuh ) bulanan atau bahasa Jawa menyebutkan tingkepan. Prosesi acara tingkepan atau tujuh bulanan adalah acara ucap syukur kepada Sang Pencipta karena akan dianugrahi sang jabang bayi dan doa permohonan agar sang jabang bayi senantiasa sehat selama di kandungan dan dalam proses lahiran nanti.

Nah dalam proses tingkepan atau tujuh bulanan sang calon ibu akan berjualan makanan dan minuman untuk dibagikan. Istilahnya saja jualan, sebenarnya makanan dan minuman yang dibagikan adalah gratis atau percuma yang artinya disedekahkan kepada sanak saudara dan jiran tetangga.

Makanan dan minuman yang dibagikan tersebut adalah rujak dan es dawet atau cendol. Aku masih mengingat masa kecilku dulu. Bila ada yang tingkepan di kampungku maka kami anak - anak akan menyambut suka cita dan membawa wadah berupa rantang dan gelas untuk mendapatkan rujak dan dawet atau cendol tadi. Berbaris berjajar menunggu giliran dan selanjutnya sang calon ibu akan membagikan cendol dan rujak d igelas atau wadah  yang kami bawa.

Percaya atau tidak, cita rasa dari cendol dan rujak akan menentukan jenis kelamin anak atau jabang bayi yang akan dikandung. Jika rasa olahan minuman dan makanan sedap maka diperkirakan sang jabang bayi perempuan, namun jika rasa dan tampilan kurang maknyus maka diperkirakan sang jabang bayi berjenis kelamin laki - laki. 

Masa kehamilan istriku, kami juga membuat prosesi tingkepan juga walaupun tidak selengkap prosesi adat Jawa untuk prosesi tingkepan. Kami hanya membagikan nasi among - among dan rujak serta cendol. Cendol yang dibagikan bentuknya memang tidak cantik dan sempurna. Cendol yang terputus - putus sehingga cita rasa dan tampilan yang kurang sempurna. Dan anak kami yang lahir juga berjenis kelamin laki - laki. Secara kebetulan atau memang dipaksa - paksakan. Namun semua itu sebenarnya telah tertulis dalam catatan ALLAH SWT.

Nah itulah sekilas tentang cendol dan atau es dawet yang turut mengiringi perjalanan dan proses kehidupan manusia ( suku Jawa.red ). Apapun itu es dawet atau cendol adalah minuman pelepas dahaga yang nikmat sebagai kuliner warisan nenek moyang kita.

Es dawt atau cendol sebelum diaduk
Es dawet atau cendol siap untuk diminum
gerobak es dawet banjar negara yang sering dijumpai

Senin, 24 April 2017

MESJID RAYA AL OSMANI, VIHARA SIU SAN KENG DAN PEKAN LABUHAN

Minggu 23 April 2017 hari libur ini aku gunakan untuk jalan - jalan sekaligus sholat dzuhur di daerah Pekan Labuhan. Pekan Labuhan merupakan kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Labuhan dekat dengan Kota Pelabuhan Belawan - Medan. Aku tertarik ke sini karena aku melihat jejak - jejak Kesultanan Deli masih berdiri tegak disini.
Selepas mandi ( sehubungan dengan week end, biasa mandinya telat sikit ), aku bergegas mengendari motorku menuju ke Pekan Labuhan. Dari rumah yang tidak terlalu jauh dan hanya dijangkau sekitar 10 - 15 menit dengan mengendari motor dengan kecepatan sedang saja yang tidak sampai 40 km/jam. Melalui kawasan Jalan Yong Panah Hijau kemudian melintasi sungai Deli sampailah kita ke kawasan Pekan Labuhan. Sebenarnya bila kita melalui jembatan gantung akan lebih cepat lagi.


Jembatan gantung yang menghubungkan Yong Panah Hijau dengan Pekan Labuhan
Dari Jalan Titi Pahlawan kita akan berbelok sebelah kiri jika kita datang dari Medan Marelan maka kita akan mendapatkan Jalan Yong Panah Hijau sebelum kita mendapati jembatan yang membelah Sungai Deli yang akan menuju Simpang Kantor. Jalan Yong Panah Hijau yang berkelok - kelok dan di kawasan ini ramai penduduk dari suku Melayu Deli. Dahulunya jalan ini hanya jalan setapak saja dan kita sudah lebar dan beraspal dan juga dilalui angkotan kota yang menghubungkan dari Belawan menuju ke Terminal Amplas.


1. MESJID RAYA AL OSMANI

Aku sampai di Mesjid Raya Al Osmani sekitar pukul satu lewat dan sholat berjamah telah lewat dan telah dilaksanakan. Segera aku parkirkan sepeda motorku dan untuk mengambil air wudhu guna melaksanakan sholat dzuhur. Karena waktu sholat berjamaah telah usai aku tidak dapat melaksanakan sholat di ruang utama. Saat kunjunganku ke sini mesjid ini telah dikunci untuk ruangan utama, jadi bagi jama'ah yang ingin sholat dilaksanakan di teras mesjid yang luas dan juga bersih.

Mesjid Raya Al Osmani didirikan pada tahun 1854 oleh Sultan Deli pada zaman SULTAN OSMAN PERKASA ALAM yang didirikan  dengan bahan kayu - kayu pilihan.
Pada tahun 1870 -1872 oleh SULTAN MAHMUD PERKASA ALAM mesjid ini dibangun menjadi bangunan permanen.
Tahun 1927 oleh DELI MAATCHAPPIJ yang merupakan perusahaan perkebunan yang membuka usaha di Tanah Deli dilakukan perehaban menjadi lebih bagus lagi, sebagai tanggung jawab karena telah mengambil hasil - hasil bumi dari Tanah Deli.
Pada tahun 1963 - 1964 setelah zaman kemerdekaan mesjid ini kembali direhab yang dipelopori oleh T. BURHANUDDIN selaku DIRUT TEMBAKAU DELI II, yang merupakan perusahaan plat merah.
Tahun 1977 kembali direhab dari dana Presiden RI yang pada masa itu dijabat oleh Bapak Presiden SOEHARTO  yang masa itu menjabat Walikota Medan adalah H.M SALEH ARIFIN.
Tahun 1991 - 1992 diprakarsai oleh Bapak H. BACHTIAR JAFAR selaku Walikota Medan dilakukan pemugaran.
Mesjid Raya Al Osmani dari arah utara
Bila kita amati design mesjid ini merupakan perpaduan dari arsitektur Melayu, Arab dan India. Pilar - pilar bangunan sama dengan pilar Istana Maimun.
Pintu utama mesjid, pilar - pilar bangunan sama dengan Istana Maimun
Design bangunan yang sama dengan Istana Maimun menandakan bahwa bangunan ini dibangun pada masa dipimpin sultan yang sama yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam setelah bangunan asli yang berbahan dari kayu - kayu pilihan pada masa Sultan Osman Perkasa Alam kemudian dibangun menjadi bangunan permanen pada masa kesultanan Deli dipimpin oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam. Cikal bakal pemerintahan Kesultanan Deli adalah di Pekan Labuhan sebelum berpindah ke Kampung Medan tepatnya di jalan Brigjend Katamso Medan. Namun jejak - jejak istana Kesultanan Deli tidak ada disini. Yang ada tersisa Mesjid Raya Al Osmani ini. Saat ini bangunan telah bertambah namun tidak merusak bangunan asli mesjid ini. Mesjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemko Medan. Dan di sekitar mesjid ini terdapat makam - makam Sultan Kesultanan Deli dan kerabat - kerabatnya.
Mesjid Raya Al Osmani yang terletak di Jalan Kol Yos Sudarso Pekan Labuhan dekat dengan Pelabuhan Belawan




Setelah puas aku mengelilingi mesjid ini aku melanjutkan perjalananku ke Vihara Siu San Keng. Vihara yang tidak jauh dari Mesjid Raya Al Osmani yang berada di seberang jalan saja menandakan dan memberikan kesadaran kepadaku bahwa sejak zaman dahulu pemimpin negeri ini telah hidup berdampingan dengan damai dengan segala perbedaan yang ada. Saling menghargai dan bertoleransi. Ini yang mesti kita tiru dan harus dipertahankan.

2. VIHARA SIU SAN KENG

Vihara yang letaknya di seberang Mesjid Raya Al Osmani di jalan yang sama ini selesai dibangun pada tahun 1890 tepatnya pada Tahun Harimau. Pembangunan vihara ini dipimpin oleh Bapak SHIA ENG TJAI yang beranggotakan 11 orang untuk membangun vihara ini. Aku tidak sempat menanyakan aliran apa yang mereka pegang di vihara ini dan saat aku ke sini vihara ini dalam masa renovasi bangunan depannya. Vihara ini kental dengan ornamen - ornamen China dan bagi kita yang beragama lain tetap diperkenankan untuk masuk dan melihat - lihat vihara ini. Aku tidak masuk ke dalam ruangan pemujaan karena menurutku itu adalah tempat sakral dan banyak umat yang sedang melakukan sembahyang jadi aku sebagai umat yang berbeda tidak ingin mengganggu kekhusyukan umat itu dalam menjalankan ritual agamnya.

bangunan yang sangat kental dengan unsur China

Vihara dalam proses renovasi
Pintu gerbang memasuki vihara
Melihat letaknya yang berdampingan dengan Mesjid Raya Al Osmani dan pembangunan dengan tahun yang berdekatan dapat disimpulkan bahwa sejak dahulu masing - masing umat telah hidup berdampingan dengan damai dari sejak zaman dahulu. Pelajaran yang dapat dipetik adalah perbedaan akan selalu ada, perbedaan tidak untuk dimusnahkan, perbedaan tidak untuk dihilangkan dan dihanguskan, namun perbedaan adalah khazanah kekayaan yang harus dijaga dengan sama - sama beriktikad untuk saling menghargai dan menghormati masing - masing perbedaan dan tidak mendiskreditkan golongan - golongan tertentu dan bersatu dalam kebhinekaan.


3. PEKAN LABUHAN

Tak jauh dari Vihara ini dan hanya berjarak beberapa meter saja ( sekitar 15 meter ) kita akan menjumpai pertokoan - pertokoan lama. Menurut pandanganku dahulu disini merupakan pusat perdagangan dan perniagaan. Lokasinya yang sangat dekat dengan Sungai Deli menjadikan kawasan ini merupakan urat nadi perekonomian penduduk. Kawasan inilah yang disebut dengan PEKAN LABUHAN.

Bila kita perhatikan design bangunan toko merupakan design bangunan lama yang hampir menyerupai kawasan pertokoan di kawasan Stadhyus atau Bangunan Merah di Melaka. Hanya saja bangunan ini tidak terawat dan peran Pemerintah sangat minim dan bahkan dikatakan tidak ada untuk mempercantik dan mempertahankan sejarah kejayaan Tanah Deli. Yang ada sekarang kawasan Pekan Labuhan adalah lapak - lapak yang tidak teratur dan jauh dari kata bersih. Sangat disayangkan. Inilah kisah perjalananku yang hanya beberapa jam saja di kawasan yang dahulunya merupakan pusat Pemerintahan dan perdagangan sebelum Kesultanan Deli berpindah ke Kampung Medan. Jejak - jejak sejarah yang harus dipertahankan.

Sungai Deli yang pernah berjaya sebagai urat nadi perhubungan dan perdagangan

Pekan Labuhan, banyak bangunan pertokoan lama disini
Aku meninggalkan Pekan Labuhan dengan membawa foto - foto yang aku abadikan dan akan kusimpan dan aku bagikan untuk anakku. Akan aku ceritakan tentang kejayaan Kesultan Deli dan jejak - jejak yang tertinggal di PEKAN LABUHAN. Semoga bermanfaat.

Rabu, 19 April 2017

BUKIT LAWANG, BAHOROK - LANGKAT

Minggu 16 April 2017, sebenarnya rencana awal ingin mengunjungi Tanjung Pura - Langkat. Rencana ingin menikmati daerah Kesultanan Langkat dan mengunjungi Mesjid Azizi serta suasna Kota Tanjung Pura. Karena selama ini hanya melintasi saja dan tak pernah menyinggahi. Namun rencana awal batal dan ditukar dengan kunjungan ke Bukit Lawang - Bahorok Langkat.

Minggu pagi sudah bersiap dan berkemas - kemas menunggu jemputan Uncle Dedi Azwar karena kami berangkat bersama - sama dengan mengendarai mobil Uncle Dedi Azwar. Pertimbangan Uncle Dedi Azwar karena kalau ke Tanjung Pura hanya melihat Mesjid Azizi saja maka perjalanan diubah ke Bukit Lawang.

Perjalanan dari Medan kami mulai sekitar pukul 09.00 WIB melalui akses jalan Hamparan Perak - Klumpang - Klambir Lima - Jalan Binjai ( tidak melalui Kampung Lalang ) karena akan terjebak macet di Pasar Kampung Lalang - Klambir Lima. Perjalanan sepanjang Medan - Binjai terlalui dengan mulus. Namun setelah masuk ke daerah Brahrang mulai disambut dengan jalan yang berlubang - lubang. Sambutan jalan yang berlubang - lubang tidak hanya di Brahrang saja tapi sepanjang jalan yang kami lalu nyaris semua hampir berlubang - lubang. Kalau saat hujan pasti lebih parah lagi. Di Kuala juga jalan berlubang - lubang, hanya sebentar disambut jalan yang mulus beraspal setelah itu disambut jalan kopak - kapik lagi. Untung saja kendaraan yang lalu sepi sehingga tidak terjebak macet atau bisa jadi orang malas berkunjung ke sini karena kondisi jalan yang berlubang - lubang sehingga akan sangat menguras energi dan stamina.
Jarak yang tidak terlalu jauh sebenarnya namun ditempuh dengan perjalanan lebih kurang 4 jam. Melelahkan!

Setelah menempuh perjalanan 4 jam akhirnya kami sampai di Bukit Lawang. Masing - masing dikenakan retribusi masuk sebesar Rp. 3.000,-/orang ( tiga ribu rupiah per orang ) dan retribusi parkir sebesar Rp. 20.000,- ( dua puluh ribu rupiah ) untuk satu unit mobil. Kondisi sungai Bahorok saat kedatangan kami airnya keruh karena hujan di hulu sungai dan di hutan kawasan Leuser. Kondisi ini menghilangkan semangatku untuk bermandi mandah di sungai Bahorok.

Kami sampai, sudah melewati waktu makan siang, dan kami segera mencari tempat istirahat dan penyewaan tikar untuk kami duduk beristirahat. Sewa tikar sebesar Rp. 30.000,- ( tiga puluh ribu rupiah ). Karena perut yang sudah keroncongan kami segera membuka perbekalan kami dan siap untuk bersantap siang.

Selepas bersantap siang anakku dan adik Uncle Dedi pun ingin segera menikmati dinginnya Sungai Bahorok, Aku tak tertarik untuk itu padahal perlengkapan mandi dan pakaian salin sudah aku bawa namun karena sungai yang keruh mengurungkan niatku untuk bermandi mandah.
Sungai Bahorok - Bukit Lawang
MENOLONG 2 ANAK MUDA YANG NYARIS TERHANYUT

Baru beberapa menit anakku dan adik - adik Uncle Dedi masuk ke sungai, Uncle Dedi melihat dua orang anak muda yang memekik meminta pertolongan. Sepertinya mereka terbawa arus dan tak mampu melawan jeram yang deras dari Sungai Bahorok. Lokasi sekitar 100 meter dari kami dan kami segera memberitahukan rekan - rekan anak muda tersebut ( rombongan ) untuk sama - sama memberi pertolongan kepada  2 anak muda tersebut. Kami pun berlarian menuju tempat anak muda tersebut yang berusaha sekuat tenaga agar tidak terbawa derasnya air sungai Bahorok. Bersama - sama mencari peralatan yang memungkinkan untuk dapat menarik 2 anak tersebut dari derasnya sungai dan jeram Sungai Bahorok. Beruntung kami mendapatkan pipa bekas dan papan yang segera dijulurkan kepada 2 anak muda tersebut untuk menarik dan agar mereka dapat menjangkau ke tepi sungai.

Memberi bantuan kepada 2 anak muda yang nyaris terhanyut
Nasib baik masih melindungi kedua anak muda tersebut dan akhirnya mampu ditarik ke tepi sungai. Kami segera memberi pertolongan semampu kami dan segera memberi minum dan apa saja yang dapat mengurangi rasa trauma kedua anak tersebut. Kami segera mempersilahkan kedua anak tersebut dan rekannya untuk segera makan bekal yang kami bawa supaya mereka mendapatkan tenaga setelah berjuang melawan arus dan derasnya air sungai Bahorok. Alhamdulillah. Tak bisa kami bayangkan seandainya kejadian yang tak diinginkan menimpa kedua anak tersebut. Bagaimana kedua perasaan ibu bapaknya. Sempat kami tanyakan apakah mereka berkunjung ke sini pamit dengan kedua orang tuanya, mereka mengatakan tak memberitahukan kedua orang tuanya dan memberitahukan ada temannya yang berulang tahun. Pelajaran penting jangan berbohong kepada kedua orang tua kalian. Andai sesuatu hal buruk terjadi tak tahu mau bilang apa.

Kami pun berkeliling di sekitar kawasan Bukit Lawang namun tak sempat trekking untuk melihat penangkaran orang hutan dan trekking menjelajah hutan karena waktu yang tidak tepat. Jika ingin trekking dan melihat penangkaran orang hutan lebih baik datang dan menginap lebih dahulu. Aku sempat bertanya kepada pemandu trekking yang bernama Bapak Iyang bahwa untuk trekking mesti dipandu oleh guide agar tidak tersesat dan atas persetujuan dari Polisi Hutan. Dan biaya per orang Pak Iyang mengatakan sebesar Rp. 70.000,-/orang namun bila rombongan lebih dari 20 orang maka biaya per orang dikenakan sebesar Rp. 50.000,-/orang untuk menjelajahi hutan di Bukit Lawang dan melihat penangkaran orang hutan.

Sepanjang yang aku lihat banyak turis asing yang menginap dan melakukan trekking di kawasan hutan Bukit Lawang. Dan sini aku juga menemui beberapa caffe dan restoran yang tertata rapi dan cantik serta guest house yang menawarkan harga bervariasi dengan sentuhan alam pedesaan. Tinggal disesuaikan dengan budget dan kemauan kita yang seperti apa.

Kami melewati jembatan gantung menuju kawasan Bukit Lawang Ecolodge. siang yang cerah dengan langit yang membiru sebenarnya sangat mendukung untuk melakukan kegiatan trekking namun kami sudah terlalu siang sampai di Bukit Lawang.
melewati jembatan gantung

jembatan gantung menuju kawasan Ecolodge
 
Sungai Bahorok dari jembatan gantung
Kami hanya menyusuri kawasan di sekitar Restoran Ecolodge. Restoran dengan design perahu yang terbuat dari kayu di tengah - tengah hutan sangat artistik. Kami tidak melakukan pembelian dan atau makan minum disini karena masih kenyang dengan bekal yang kami bawa dari rumah. Jadi hanya sekedar jalan - jalan saja dan tidak ada sesuatu yang menarik hati kami untuk membeli cendera mata atau mencicipi hidangan di restoran ini. Mohon maaf lah kami yang tidak berbelanja disini. He he he he.

jalan menuju lokasi penangkaran orang utan
kawasan sebelum memasuki Bukit Lawang Jungle

papan penunjuk supaya kita selalu menjaga bumi dan tidak membuang sampah dan memproduksi sampah sembarangan

Puas mengelilingi kawasan Ecolodge kami kembali ke tempat istirahat kami dan aku segera melaksanakan sholat dzuhur. Selepas itu kami bertanya - tanya harga - harga sewa guest house dan hotel disini buat rencana jika berkenan berkunjung kembali disini.

Sekitar pukul 15.30 kami pun meninggalkan Bukit Lawang dan sempat singgah di Mesjid di sekitar jalan yang kami lalui sekitar Kebun/Desa Marike untuk melaksanakan sholat ashar.
Perjalanan berlubang - lubang kembali kami lalui dan akhirnya selamat sampai ke rumah sekitar pukul 20.00 WIB. Esok kembali kerja.

Senin, 10 April 2017

KLANG & PORT KLANG II

Melanjutkan tulisan " KLANG & PORT KLANG " sebelumya,  aku akan menulis kunjunganku dan keluarga dimana tempat - tempat yang telah aku kunjungi di sini.
Memang ada beberapa tempat yang dikunjungi tidak sempat untuk mengambil gambar dan semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada orang - orang yang telah sudi membacanya terutama untuk diriku sendiri sebagai catatan perjalanan dan pelajaran hidup. Okelah aku lanjutkan tulisanku tentang kawasan di sekitar Klang dan Port Klang

3. LITTLE INDIA
Little India selain di Puduraya di Kuala Lumpur juga terdapat di Distric Klang tepatnya di Jalan Tengku Kelana. Kawasan yang mayoritas dihuni oleh keturunan India khususnya India Selatan. Daerah ini dominan dengan nuansa India, dan seolah - olah kita berada di wilaya India. Kawasan ini termasuk dalam Kawasan Central Bisnis District di Klang. Banyak toko - toko kita jumpai disini terutama yang menjual kain sari, perlengkapan dan keperluan masyarakat etnis India. Namun jangan kuatir disini juga tersedia dan terdapat toko - toko yang menjual keperluan sehari - hari untuk etnis lain. Aku tak sempat mencicipi kuliner di daerah ini dan aku hanya membeli oleh - oleh makanan saja di sekitar kawasan Little India. Pada malam hari di kawasan ini juga terdapat Pasar Malam yang mayoritas penjualnya adalah warga keturunan India.

Salah satu pertokoan kain di Little India Klang

Menyempatkan diri di Pasar Malam Little India Klang

 
4. AEON MALL BUKIT TINGGI KLANG

Bagi anda yang gemar belanja di Klang juga terdapat mall, salah satunya AEON Bukit Tinggi Shooping Centre yang terletak di Persiaran Batu Nilam Bandar Bukit Tinggi 2, 41200 Klang. Aku senantiasa membeli oleh - oleh yang akan dibawa pulang disini karena sesuai dengan budget yang aku bawa. Harga yang terjangkau dengan kualitas yang tidak mengecewakan. Di mall ini selama beberapa kali kunjunganku aku mendapatkan harga yang sangat membantu ( harga promo dan sale ). Selain itu disini juga terdapat arena bermain untuk anak - anak dan juga terdapat Cinema dan tidak ketinggalan food court yang menjual aneka kuliner. Dan di mall ini juga terdapat Counter yang menjual tiket Aero Bus tujuan Klang - KLAI dan Klang - KLAI2,  terminal Aero Bus berada di Hotel Le Premier Klang.

Cinema di Aeon Mall Bukit Tinggi

Arena permainan anak di Aeon Mall Bukit Tinggi Klang

food court di Aeon Mall Klang


 5. GM KLANG WHOLESALES CITY
Pusat grosiran yang berada di Klang ini menjual aneka barang dengan harga grosiran namun kita dapat membeli secara eceran. Pusat perkulakan atau grosiran ini berada di Bandar Botanical GM Klang Wholesales City Jalan Kasuarina 1, 41200 Klang, hanya berjarak beberapa meter saja dari Aeon Mall Shopping Centre Bukit Tinggi dan dapat dijangkau dengan  jalan kaki saja. Aku dan keluargaku kesini dengan membeli aneka mainan yang mirip dengan mainan LEGO LAND dengan harga yang terjangkau dan membuat puas hati buah hatiku. Aku gak sempat mengabadikan atau mendokumentasikan foto lokasi ini karena aku kesini tinggal menjemput anakku dan istriku setelah aku sholat jumat di Mesjid Kg. Raja Uda Klang. Bagi anda yang memiliki buah hati aku sarankan untuk membeli aneka toys disini karena harganya terjangkau dan kualitas yang memang layak.

6. GALERI DIRAJA SULTAN ABDUL AZIZ
Museum ini berisikan benda - benda dan koleksi dari Raja Selangor. Sebagain besar merupakan koleksi dan riwayat dari Sultan Salahuddin Abdul Aziz yang telah memerintah Negeri selangor lebih dari 39 tahun sebagai Sultan Selangor yang ke 8 dan sebagai Yang Dipertuan Agong XI selama 3 tahun.
Lokasi galeri ini berada di Jalan Stesen, Kawasan 1, 41000 Klang, sangat dekat dengan stasiun KTM Klang. Jadi jika ingin ke galeri ini cukup naik KTM dari KL Central Kuala Lumpur dan beeli tiket kereta api KTM tujuan Klang ( harga sekitar rm 5 ) dan dari satsiun Klang tinggal jalan kaki saja.

7. KLANG SENTRAL
Merupakan kawasan terminal bus antar kota dan antar negara. Dari terminal ini kita dapat menuju ke Negeri - Negeri Bahagian lainnya di Malaysia dan juga ke negera lain yaitu Thailand dan Singapura. Terminal terpadu yang berada di kawasan Meru tepatnya berada di Persiaran Klang Sentral 1, Klang Sentral, 42200, Klang Selangor. Memang dibanding dengan Terminal Terpadu Bandar Tasik Selatan lebih besar Terminal Bandar Tasik Selatan yang langsung terintragsi degan KTM, LRT dan MRT. Jika kita dari Klang kita dapat menggunakan Rapid KL untuk menuju ke Klang Sentral. Dan menurutku terminal Klang Sentral masih sepi namun jangan kuatir disni tidak ada preman walaupun ada calo - calo tiket namun tak usah kita layani atau perdulikan. Counter tiket berada di lantai II bila kita akan menuju ke tempat - tempat sesuai dengan tujuan kita. Aku berada disini saat aku dan keluargaku akan menuju ke Melaka.

Di Klang Sentral
Kondisi terminal bus ini bersih dan nyaman, dan jika anda akan membeli tiket bus memang calo - calo berusaha mendekati kita dan menawarkan jasanya namun tolak saja dan langsung saja ke counter tiket dimana akan melayani sesuai dengan tujuan kita dan terpampang dan tertulis dengan jelas harga dan tujuan serta armada busnya serta perusahaan transportasinya. Jadwal bus berangkat sesuai dengan yang tertulis walaupun kondisi bus belum penuh namun bila waktu telah menunjukkan jadwal keberangkatan maka bus segera berangkat.
Tempat pemberhentian armada bus, depannya bus parkir/ngetem

Ruang tunggu yang bersih dan nyaman di Klang Sentral

Di kawasan Klang berdasarkan informasi yang aku dapat terdapat juga fasilitas bus gratis " Smart Selangor " seperti halnya bus " GO KL " namun aku belum pernah menggunakan fasilitas tersebut, karena disini ada kerabat dan sahabat yang membantu perjalananku dan keluarga di Malaysia. 
Di KLANG & PORT KLANG  kita juga dapat mengujungi Pulau Ketam dimana di pulau ini hanya sepeda dan sepeda mootor saja yang boleh berlalu lalang. Mungkin untuk kunjungan selanjutnya akan aku sempatkan ke Pulau Ketam. Juga dekat dengan Pulau Carey dimana penduduk asli ( bukan Melayu ) yang masih bertahan dan hidup dengan budaya asli suku Carey.
Sampai disini tulisanku tentang " KLANG & PORT KLANG ". Semoga dapat memberi manfaat.

Jumat, 07 April 2017

KLANG & PORT KLANG

Sebagian besar orang Indonesia terutama warga Medan ( serasa seorang  pengamat perilaku, cie cie ...) jika berkunjung ke Malaysia destinasi favorit biasanya ke Genting Highland, Kuala Lumpur, Penang. Namun aku dan keluargaKU dalam kunjungan ke Malaysia senantiasa ke Klang dan Port Klang, selain itu karena ada kerabat yang tinggal di kota tersebut dan ada juga sahabat yang dikunjungi sekaligus bisa hemat ongkos penginapan ( he he he ).
Mungkin sebagian orang akan bertanya ada apa di Klang dan Port Klang, namun bagiku ada banyak yang dapat dilihat dan dinikmati dalam perjalanan di kota ini.

Klang atau dahulu disebut Kelang merupakan kota besar di Negeri Selangor Dahrul Ehsan. Kota ini pernah menjadi ibukota Negeri Selangor Dahrul Ehsan sebelum Kuala Lumpur dan Shah Alam yang menjadi ibukota Negeri Selangor Dahrul Ehsan saat ini. Klang terletak lebih kurang 32 KM di barat Kuala Lumpur yang merupakan kota terbesar ketiga di Selangor.

Bagaimana menuju Klang dan Port Klang? Ada banyak transportasi yang dapat digunakan untuk menuju ke kota ini. Salah satunya adalah KTM ( Kereta Tanah Melayu ). Dari KL Sentral kita dapat membeli tiket kereta api untuk menuju ke Kota Klang dan Port Klang. Kalau ke Klang kalau tidak salah tiket sekitar 4 - 6 ringgit saja untuk dewasa dan untuk anak - anak hanya 50% dari tarif orang dewasa.

Di KL Sentral menunggu KTM ke Klang
 Transportasi umum di Malaysia khususnya Negeri selangor Dahrul Ehsan memang patut diberikan acungan jempol. Kondisi kereta api yang bersih dan nyaman membuat perjalanan menaiki kereta sangat menyenangkan dan ini salah satu pelajaran yang dapat aku berikan kepada buah hatiku sebagai perbandingan dan pengalaman masa kecilnya. Kita jangan menyerah kalah dengan bangsa lain mari kita ubah perilaku kita ke arah positif dan lebih baik terutama untuk diriku walaupun pada hal - hal yang kecil dan sederhana.

Naik KTM ke Klang
Perjalanan ke Klang dan Port Klang pun aku lalui bersama anak istriku. Ini adalah kunjunganku pertama kali dengan keluargaku ke Malaysia pada tahun 2014, sebelumnya aku mengunjungi Malaysia ( termasuk Kota Klang pada tahun 2007 ).
Tak perlu kuatir menuju ke kota pelabuhan disini karena sepanjang perjalananku tidak ada aku temui calo apalagi preman. Semuanya teratur baik dan rapi. Dan petunjuk yang terpampang jelas yang memudahkan bagiku untuk menuju kota Klang dan Port Klang. Saat - saat jam pulang kerja kondisi KTM sangat penuh dan tersedia gerbong khusus untuk wanita dimana lelaki tidak diperkenankan untuk berada di gerbong khusus wanita.

Di Stasiun Port Klang
Untuk sekedar pengetahuan Klang diketahui bahwa kota ini lebih awal berdiri dan berkembang daripada Melaka. Klang merupakan jajahan dari Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kata Klang berasal dari bahasa asli rumpun bahasa Mon-Khmer atau bahasa Austro-Asia yaitu "Klong" yang berarti gudang seperti yang diungkapkan oleh oleh C.O Blagden yang menyatakan Klang menjadi sebuah Pelabuhan terpenting yang mempunyai banyak gudang - gudang. 
Charles A. Fisher mempunyai pendapat bahwa " Klang " berarti terusan atau jalan air. Pendapat ini diperkuat dengan kondisi Klang yang mempunyai banyak jalur dan saluran air yaitu anak - anak sungai seperti Sungai Klang, Sungai Bertek, Sungai Pinang, Sungai Sementa, Sungai Kapar Indah, Sungai Agas, Sungai Kandis, Sungai Binjai, Sungai Kapar, Sungai Jati, Sungai Air dan Sungai Putus. Nama sungai - sungai tersebut masih ada sampau saat ini. ( Sumber : Wikipedia, Sejarah Klang )
Menunggu jemputan kerabat di Stasiun Port Klang



Bila kita mengelilingi Kota Klang maka kita akan melihat sungai yang melintasi kota Klang yaitu Sungai Klang. Nama Sungai ini juga terdapat di Kuala Lumpur yang nantinya akan bermuara ke Selat Melaka melalui Kota Klang.
di jembatan Sungai Klang di Kuala Lumpur

Klang menjadi penting setelah Kuala selangor merosot terlebih setelah mangkatnya Sultan Muhammad ( 1826 - 1857 ) dan akhirnya pada tahun 1875 Klang dipilih sebagai Ibukota Negeri Selangor sebelum ditukar ke Kuala Lumpur pada tahun 1880.



Kota Klang selain itu ada juga sejarahwan menyebutkan bahwa nama Klang berasal dari istilah bahasa Langkasuka yaitu "Klang" yang artinya "tempat yang berada di tengah - tengah'. Menurut Hikayat Merong Mahawangsa Sultan Kedah yang bernama Sultan Mahmud Shah II, Kedah ( 1506 - 1546 ) yang merupakan Sultan Kedah yang ke 10 ( sepuluh ), Baginda menerbitkan mata uang baru yang diberi nama Tera, Pilis, Kupang ( Kepeng ), Jempal dan Rial. Baginda dari Kota Siputih ( saat ini disebut Kota Seputeh ) telah melakukan kunjungan kehormatan ke Istana Melaka yang saat itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Shah ( 1488 -1511 ). Di tengah perjalanan, Baginda menemui sebuah Pelabuhan yang terletak di antara Negeri Kedah dan Melaka. Pelabuhan tersebut dipanggil sebagai Klang, nama tersebut yang sampai saat ini digunakan dan dikenal yaitu Klang dan Pelabuhan Klang ( sumber : Wikipedia )



Tahun 1867 - 1874  Perang Kelang, 1880 -1889 Klang merupakan ibukota Negeri Selangor sebelum Kuala Lumpur, tahun 1974 - 1977 Ibukota Negeri Selangor sebelum Shah Alam dan tahun 1977 berdiri Majlis Perbandaran Klang.
( Sumber : Wikipedia ).

Sebenarnya apa yang menarik di Klang?
Bagi sebagian orang mungkin kurang menarik namun bagiku kota ini sangat menarik. Karena selain memiliki kerabat dan sahabat yang tinggal di Kota Klang, kota ini merupakan tempat yang layak untuk dikunjungi dan nanti akan aku ulas tempat - tempat yang pernah aku kunjungi.

Pelabuhan Klang tidak jauh dari Kota Klang, kalau kita naik KTM dari Klang - Port Klang tiket kereta api hanya RM 1 ( satu ringgit saja ) untuk dewasa dan untuk anak - anak hanya 50 sen saja.
Pelabuhan Klang merupakan pelabuhan utama di Malaysia, Pelabuhan ini awalnya dikenal sebagai Port Swettenham ketika didirikan oleh Pemerintah Kolonial Inggris pada tahun 1893 dimana saat itu yang menjabat sebagai Residen Britania adalah Sir Frank Swettenham.

KTM Stasiun Port Klang berjarak hanya beberapa langkah saja ke Terminal Penumpang baik untuk tujuan lokal maupun International. Dari sini terdapat kapal untuk tujuan ke Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara, Dumai - Riau, dan tujuan negara lain serta di tujuan lokal ke daerah - daerah di Malaysia seperti ke Pulau Ketam, Pulau Carey.

Suasana Satiusn KTM Port Klang terhubung ke Pelabuhan Laut Port Klang


Dari Stasiun kereta api KTM di Port Klang berjalan kaki hanya beberapa langkah kita juga dapat menjumpai restoran cepat saji, stasiun bus untuk tujuan Kuala Lumpur dan juga terdapat food court tepat di depan stasiun bus dan taxi ( orang Malaysia menyebutkan food court dengan kata Medan Selera, kita menyebutkan Pujasera atau Pusat Jajanan Serba Ada ). Disini terdapat menu mie jawa dan kalau orang Medan menyebutkan mie goreng dan menu lainnya.

Selain Tanjung Harapan yang telah aku tulis di awal blog tempat - tempat yang aku kunjungi di Klang dan Port Klang adalah :

1. ISTANA ALAM SHAH

Istana Alam Shah merupakan istana dari Kerajaan Selangor berdiri di Kota Klang yang berdekatan dengan Mesjid Sultan Sulaiman ( Royal Sulaiman Mosque ). Hanya saja istana ini tidak dibuka untuk umum dan hanya boleh mengujungi sampai di gerbang pintu istana saja. Aku hanya dapat menyentuh pintu gerbang istana saja tanpa dapat masuk ke istana.
Istana ini berdasarkan informasi yang aku dapat merupakan tempat Baginda Raja Selangor menjalankan kegiatan resmi sebagai Sultan dan adat istiadat yang melibatkan Raja Selangor.
Istana ini beralamat di Jl. Istana, Kawasan I, 41000, Klang, Selangor, Malaysia
Istana Alam Shah

Pintu Gerbang Istana Alam Shah

Hanya sampai di depan pintu gerbang saja, tak boleh masuk

di gerbang Istana Alam Shah

Istana Alam Shah dari kejauhan

Istana Alam Shah




2. ROYAL SULAIMAN MOSQUE ( MESJID SULTAN SULAIMAN )

Mesjin Sultan Sulaiman letaknya berdekatan dengan Istana Alam Shah. Mesjid yang berada di Jalan Raya Timur, Kawasan 1, 41000, Klang Selangor dibangun pada tahun 1932 dan dibuka dan digunakan pada tahun 1934 oleh Almarhum Sultan Sir Alaeddin Sulaiman Shah. Perpaduan dari arsitektur Islam, Mooris, Neo Classic dan arsitektur Inggris. Sampai saat ini masih berdiri kokoh dan aku mengunjungi pada malam hari dan menyempatkan untuk sholat Isya di mesjid ini. Pada saat kunjunganku ke Klang saat itu ada perbaikan pipa air minum ( kalau di Medan PDAM TIRTANADI dalam perbaikan ) sehingga masyarakat sedikit mengalami kesulitan air bersih dan mereka bisa mendapatkan air bersih dari mesjid ini. Benar - benar mesjid untuk kemaslahatan umat.

Di halaman Mesjid Sultan Sulaiman

berkunjung sekalian sholat Isya di Mesjid Sultan Sulaiman

Mesjid Sultan Sulaiman waktu malam selepas Isya

Aku akan melanjutnya tulisan ini pada bagian II " KLANG & PORT KLANG PART II "

Rabu, 05 April 2017

MIE GOMAK

Mendengar namanya serasa kurang nasional. Ya memang benar, nama yang disebutkan adalah nama lokal yang biasa digunakan di daerah Sumatera Utara khusunya di daerah Tapanuli dan Simalungun. 
Mie yang berbahan baku tepung terigu dan berwarna kuning, bahan setengah jadi yang dijual di pasar atau supermarket disebut dengan mie lidi karena bentuknya yang memanjang dan menyerupai lidi.

Masyarakat menyebutnya mie gomak karena di daerah Tapanuli dan Simalungun mie ini merupakan salah satu makanan yang dijual untuk sarapan. Pada saat penjual melayani pembeli mie ini diambil dari wadahnya untuk ditempatkan ke piring yang akan disantap pembeli dengan cara " digomak " yaitu diambil dengan menggunakan tangan penjual ( digomak berarti mengambil dengan tangan langsung menurut bahasa lokal di Tapanuli dan Simalungun ). Secara higienis dan estetika sebenarnya kurang nyaman namun disana merupakan sebuah tradisi dan kearifan lokal jadi sah - sah saja. Itulah asal mula dinamakan mie gomak.

Namun di tempat lain seperti daerah Sumatera Utara lainnya tidak disebut dengan mie gomak namun mie lidi. Mie ini dapat dibuat dengan aneka olahan menjadi mie goreng, mie kuah, mie rebus,

Salah satu olahan mie lidi, masyarakat lokal menyebutkan mie gomak

Mie gomak siap untuk disantap.......yummyy...
mie pecal dan juga dapat digunakan untuk campuran lontong sayur atau lontong pecal.

Kalau mie gomak, proses pembuatan gak beda jauh dengan pembuatan mie goreng. Mie lidi ini terlebih dahulu direbus sampai masak, setelah itu diangkat dan ditiriskan dari air perebusan tadi, cuci dengan air bersih dan tiriskan kembali. Siap untuk dimasak menjadi mie goreng atau ditumis.
Nah yang membedakannya untuk mie gomak setelah dibuat mie goreng atau mie ditumis maka akan ditambahkan saus cabai yang encer yang disiramkan ke mie tersebut untuk disantap. Rasa yang mengundang selera untuk segera menyantapnya.

Di sekitar P. Siantar, Simalungun dan Tapanuli, juga di kawasan Serdang Bedagai banyak kita jumpai mie gomak dijual di warung - warung dan rata - rata 1 ( satu ) porsi untuk saat ini harganya Rp. 5.000,- ( lima ribu rupiah ) saja. Sudah membuat perut kenyang dan hatipun senang.
YUMMY.

Senin, 03 April 2017

SITUS KOTA CHINA, MEDAN MARELAN

Tak jauh dari Danau Siombak, bila kita ingin bereksplorasi tentang kekayaan wisata Kota Medan akan dapat menjumpai Situs Sejarah yang populer disebut dengan Situs Kota China.
Situs yang terletak di Kelurahan Paya Pasir Medan Marelan Kota Medan merupakan peninggalan sejarah dan perkembangan kota Medan. Sangat disayangkan akses ke situs sejarah ini jalan yang dilalui sangat kecil, yang hanya bisa dilalui oleh betor ( becak bermotor ) dan sepeda motor. Mobil apalagi bus tidak dapat lalu dari jalan atau akses menuju museum, harus berhenti di Jalan Nippon, Paya Pasir Medan Marelan. Situs ini sebenarnya masih meninggalkan banyak misteri peninggalan sejarah, namun sangat disayangkan karena lokasi di sekitar situs telah dihuni masyarakat dan rumah - rumah penduduk yang padat sehingga emnyulitkanb untuk menggali dan menemukan benda - benda sejarah peninggalan kejayaan masa dahulu Kota China.
Peralatan makan yang ditemukan di sekitar Situs Kota China
 Situs Kota China sebenarnya telah diketahui sejak tahun 1970-an, namun jejak sejarahnya mulai terkuak sejak ditemukan sebuah arca kuno tepatnya saat adanya penggalian tanah menggunakan alat berat untuk penimbunan pembangunan jalan Tol Belmera ( Tol Belawan - Medan - Tanjung Morawa ) pada tahun 1986.
Tembikar yang tidak utuh lagi ditemukan di sekitar Situs Kota China








Berdasarkan informasi dan penelitian para sejarahwan, dari abad ke 12 sampai 14, Kota China adalah pelabuhan niaga international dimana berlabuh kapal yang berasal antara lain dari Persia, Hindia dan Tiongkok. Di Kota China ditemukan keramik dari Persia dan Tiongkok, uang keping dari Sri Lanka dan Tiongkok dan patung Buddha dari Hindia
Serpihan tulang hewan dan peralatan dapur/masak





Namun saat aku berkunjung ke Situs Kota China aku mendapatkan informasi dari pengelola museum bahwa sebenarnya Situs Kota China sebenarnya adalah penyebutan yang salah karena di sini sebenarnya tidak pernah dihuni oleh kaum atau puak China namun dihuni oleh puak India. Hal ini terlihat dari peninggalan dan temuan yang ditemukan sepertinya peninggalan - peninggalan yang sangat kental dengan elemen agama Hindu seperti Arca Dewi Laksmi dan Arca Dewa Wishnu. Terlepas dari mana dan siapa yang benar perlu adanya kajian dan penelitian yang lebih lanjut untuk menyusuri kebenaran sejarah yang merupakan sesuatu yang sangat berarti untuk mengetahu peradapan dan budaya serta kehidupan yang telah berlangsung di masa lampau 

Keramik Dinasti Ming/Ching yang ditemukan di Situs Kota China
 Di sebut Situs Kota China menurutku karena pada awal penelitian dan penggalian yang ditemukan adalah benda - benda yang berasal dari Dinasti Ming atau Dinasti Ching yang saat itu berkuasa di China dan disini sangat banyak ditemukan peralatan - peralatan rumah tangga yang didominasi dari China sehingga bisa jadi kesimpulan awal diambil bahwa daerah ini merupakan kawasan Kota China
Tembikar untuk tempat air minum yang sudah tidak utuh lagi





Terkuburnya jejak sejarah Kota China yang sampai saat ini belum habis tergali adalah merupakan daerah atau kerajaan yang makmur dan terdapat pelabuhan laut serta bandar internasional yang dihuni oleh para imigran asal China. Pada umumnya Bangsa China datang dengan latar belakang keinginan untuk mencari peruntungan hidup dan memperbaiki nasib agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari tempat asalnya dengan melakukan kegiatan perdagangan.
Dan jika kita melihat etnic Tionghoa memang mendiami kawasan Medan Marelan sampai di pelosok dan pinggiran dengan menjalankan kegiatan bertani sayur dan beternak unggas ( bebek, ayam ). Disini banyak kita jumpai penduduk etnis Tionghoa yang berbaur dengan penduduk setempat.

Batu pilar gapura Kota China
Menurut penelitian sejarahwan di bandar tertua, diperkirakan pada Dinasti Song, Kota China yang berada di sebelah utara Kota Medan ini mengalami masa kejayaan. Kawasan daratan dan pantai dihuni imigran asal Tiongkok dengan pelabuhan rakyat serta jalur perdagangan tersibuk. Transaksi perdagangan seperti tembikar, guci, keramik, rempah - rempah dan termasuk area berlanggam Chola dari India Selatan di perjual belikan.

Tidak hanya perdagangan, tapi di bandar tertua di Kota Medan ini juga berlangsung aktifitas budaya dan keagamaan. Bukti dari sejarah pelabuhan ini diketahui, setelah adanya penemuan kayu rangka  dari bangkai kapal. Untuk penemuan kayu sisa dari rangka kapal ditemukan di sebelah utara. Di tempat ini diyakini sebagai lokasi pelabuhan laut pada masa itu.

Di Situs Kota China ini juga ditemukan fosil kayu yang berusia ratusan tahun.

Fosil kayu kapal yang ditemukan di Situs Kota China

Kemajuan perdagangan di Bandar Kota China mendadak berhenti, setelah kota dilanda musibah alam. Kawasan pelabuhan laut yang berkembang pesat, terkubur menjadi daratan. Dari cerita legenda yang berkembang di masyarakat hilangnya Kota China dikarenakan menerima kutukan dan diserang oleh pasukan kepah/kerang. Sedangkan sebagian lain beranggapan kota tempat imigran Tiongkok itu hilang setelah terkena bencana alam tsunami.

Namun berdasarkan cerita - cerita musnahnya peradapan di Situs Kota China akaibat mendapat serangan dari Kerajaan Aru yang terletak di Hamparan Perak. Masih diperlukan kajian dan penelitian akan keberadaan dan sebab - sebab kehancuran Bandar Kota China.

Sekitar 5 ( lima ) abad kemudian sekitar abad 17 - 18 setelah Bandar Kota China terjadi pendangkalan, pelbuhan baru lalu berdiri di kawasan Bandar Labuhan Deli atau saat ini berada di wilayah Kelurahan Pekan Labuhan yang berjarak 3 kilometer dari lokasi situs Kota China. Sejarah Bandar Labuhan Deli dibangun pada tahun 1814. setelah Raja Deli II Tuanku Panglima Pasutan memindahkan Pusat Pemerintahan Kesultanan Deli dari Deli Tua ke Labuhan Deli.
Sisa - saia kejayaan Kesultanan Deli masih berdiri kokoh di Pekan Labuhan dengan masih berfungsinya bangunan Mesjid Al Osmani dan disini juga masih dapat kita lihat Pekong lama di Pekan Labuhan dan pertokoan lama.

Arca Buddha yang masih utuh yang ditemukan di Situs Kota China


Arca Dewi Laksmi yang tidak utuh
Note : di samping adalah arca Dewi Laksmi yang tidak utuh, diduga dipenggal pada saat terjadi penyerangan  ke Kota China.
Dewi Laksmi adalah Dewi yang dipercayai oleh penganut HIndu.
Arca Dewa Wishnu yang tidak utuh lagi


Note : Arca Dwa Wishnu, salah satu Dewa yang dipuja oleh penganut Hindu, sehingga di duga bahwa kawasan Kota China dihuni oleh masyarakat India, bukan masyarakat China.





Stupa yang ditemukan di Situs Kota China
Mengunjungi Situs Kota China masih banyak misteri sejarah yang belum terpecahkan dan dibutuhkan keseriusan dan keperdulian Pemerintah kepada sejarahwan untuk menggali dan meneliti akan keberadaan sejarah dan kehidupan di masa lampau.

Berkunjung ke Situs Kota China hanya dikenakan biaya Rp. 5.000,- ( lima ribu rupiah ) per orang baik untuk dewasa maupun untuk anak - anak.

Tempat yang tidak jauh dan akses yang mudah dijangkau sangat disarankan kepada orang tua untuk mengajak buah hatinya berkunjung untuk dapat mengetahui sejarah berharga akan perkembangan dan sejarah Kota Medan dari masa ke masa.

Arca Dewi Kwan Im di Situs Kota China
Aku berulang kali berkunjung ke Situs Kota China bersama dengan buah hatiku, karena walaupun dia masih kecil namun memiliki ketertarikan akan benda - benda kuno dan bersejarah.
Juniorku & Uncle Dedi di Museum Situs Kota China

Ayo....mari mengunjungi Situs Kota China, salah satu peradaban kehidupan yang ditemukan dan merupakan sisa - sisa kebesaran Kota Medan di masa lampau.
Gentong Air di Situs Kota China

Fosil kerang -kerangan yang ditemukan di Situs Kota China

Guci yang ditemukan di Situs Kota China



Di Situs Kota China juga ditemukan Batu Nisan dan makam yang jika dilihat dari kondisinya merupakan nisan seseorang yang telah penganut agama Islam. Hal ini masih memerlukan penelitian yang lebih dalam akan beradaban kehidupan dan agama yang dianut oleh masyarakat di Situs Kota China.
Nisan yang ditemukan di sekitar Situs Kota China yang mengundung unsur budaya Islam
Semoga Pemerintah Kota Medan menaruh keperdulian akan keberadaan sejarah yang merupakan cijkal bakal terwujudnya Kota Medan seperti sekarang ini. Dan selalu perduli akan sejarah serta melestarikan benda - benda peninggalan sejarah, jangan sampai hilang, musnah atau berpindah ke tangan orang lain atau ke negera lain.
AYO KE MUSEUM.............