Rabu, 19 April 2017

BUKIT LAWANG, BAHOROK - LANGKAT

Minggu 16 April 2017, sebenarnya rencana awal ingin mengunjungi Tanjung Pura - Langkat. Rencana ingin menikmati daerah Kesultanan Langkat dan mengunjungi Mesjid Azizi serta suasna Kota Tanjung Pura. Karena selama ini hanya melintasi saja dan tak pernah menyinggahi. Namun rencana awal batal dan ditukar dengan kunjungan ke Bukit Lawang - Bahorok Langkat.

Minggu pagi sudah bersiap dan berkemas - kemas menunggu jemputan Uncle Dedi Azwar karena kami berangkat bersama - sama dengan mengendarai mobil Uncle Dedi Azwar. Pertimbangan Uncle Dedi Azwar karena kalau ke Tanjung Pura hanya melihat Mesjid Azizi saja maka perjalanan diubah ke Bukit Lawang.

Perjalanan dari Medan kami mulai sekitar pukul 09.00 WIB melalui akses jalan Hamparan Perak - Klumpang - Klambir Lima - Jalan Binjai ( tidak melalui Kampung Lalang ) karena akan terjebak macet di Pasar Kampung Lalang - Klambir Lima. Perjalanan sepanjang Medan - Binjai terlalui dengan mulus. Namun setelah masuk ke daerah Brahrang mulai disambut dengan jalan yang berlubang - lubang. Sambutan jalan yang berlubang - lubang tidak hanya di Brahrang saja tapi sepanjang jalan yang kami lalu nyaris semua hampir berlubang - lubang. Kalau saat hujan pasti lebih parah lagi. Di Kuala juga jalan berlubang - lubang, hanya sebentar disambut jalan yang mulus beraspal setelah itu disambut jalan kopak - kapik lagi. Untung saja kendaraan yang lalu sepi sehingga tidak terjebak macet atau bisa jadi orang malas berkunjung ke sini karena kondisi jalan yang berlubang - lubang sehingga akan sangat menguras energi dan stamina.
Jarak yang tidak terlalu jauh sebenarnya namun ditempuh dengan perjalanan lebih kurang 4 jam. Melelahkan!

Setelah menempuh perjalanan 4 jam akhirnya kami sampai di Bukit Lawang. Masing - masing dikenakan retribusi masuk sebesar Rp. 3.000,-/orang ( tiga ribu rupiah per orang ) dan retribusi parkir sebesar Rp. 20.000,- ( dua puluh ribu rupiah ) untuk satu unit mobil. Kondisi sungai Bahorok saat kedatangan kami airnya keruh karena hujan di hulu sungai dan di hutan kawasan Leuser. Kondisi ini menghilangkan semangatku untuk bermandi mandah di sungai Bahorok.

Kami sampai, sudah melewati waktu makan siang, dan kami segera mencari tempat istirahat dan penyewaan tikar untuk kami duduk beristirahat. Sewa tikar sebesar Rp. 30.000,- ( tiga puluh ribu rupiah ). Karena perut yang sudah keroncongan kami segera membuka perbekalan kami dan siap untuk bersantap siang.

Selepas bersantap siang anakku dan adik Uncle Dedi pun ingin segera menikmati dinginnya Sungai Bahorok, Aku tak tertarik untuk itu padahal perlengkapan mandi dan pakaian salin sudah aku bawa namun karena sungai yang keruh mengurungkan niatku untuk bermandi mandah.
Sungai Bahorok - Bukit Lawang
MENOLONG 2 ANAK MUDA YANG NYARIS TERHANYUT

Baru beberapa menit anakku dan adik - adik Uncle Dedi masuk ke sungai, Uncle Dedi melihat dua orang anak muda yang memekik meminta pertolongan. Sepertinya mereka terbawa arus dan tak mampu melawan jeram yang deras dari Sungai Bahorok. Lokasi sekitar 100 meter dari kami dan kami segera memberitahukan rekan - rekan anak muda tersebut ( rombongan ) untuk sama - sama memberi pertolongan kepada  2 anak muda tersebut. Kami pun berlarian menuju tempat anak muda tersebut yang berusaha sekuat tenaga agar tidak terbawa derasnya air sungai Bahorok. Bersama - sama mencari peralatan yang memungkinkan untuk dapat menarik 2 anak tersebut dari derasnya sungai dan jeram Sungai Bahorok. Beruntung kami mendapatkan pipa bekas dan papan yang segera dijulurkan kepada 2 anak muda tersebut untuk menarik dan agar mereka dapat menjangkau ke tepi sungai.

Memberi bantuan kepada 2 anak muda yang nyaris terhanyut
Nasib baik masih melindungi kedua anak muda tersebut dan akhirnya mampu ditarik ke tepi sungai. Kami segera memberi pertolongan semampu kami dan segera memberi minum dan apa saja yang dapat mengurangi rasa trauma kedua anak tersebut. Kami segera mempersilahkan kedua anak tersebut dan rekannya untuk segera makan bekal yang kami bawa supaya mereka mendapatkan tenaga setelah berjuang melawan arus dan derasnya air sungai Bahorok. Alhamdulillah. Tak bisa kami bayangkan seandainya kejadian yang tak diinginkan menimpa kedua anak tersebut. Bagaimana kedua perasaan ibu bapaknya. Sempat kami tanyakan apakah mereka berkunjung ke sini pamit dengan kedua orang tuanya, mereka mengatakan tak memberitahukan kedua orang tuanya dan memberitahukan ada temannya yang berulang tahun. Pelajaran penting jangan berbohong kepada kedua orang tua kalian. Andai sesuatu hal buruk terjadi tak tahu mau bilang apa.

Kami pun berkeliling di sekitar kawasan Bukit Lawang namun tak sempat trekking untuk melihat penangkaran orang hutan dan trekking menjelajah hutan karena waktu yang tidak tepat. Jika ingin trekking dan melihat penangkaran orang hutan lebih baik datang dan menginap lebih dahulu. Aku sempat bertanya kepada pemandu trekking yang bernama Bapak Iyang bahwa untuk trekking mesti dipandu oleh guide agar tidak tersesat dan atas persetujuan dari Polisi Hutan. Dan biaya per orang Pak Iyang mengatakan sebesar Rp. 70.000,-/orang namun bila rombongan lebih dari 20 orang maka biaya per orang dikenakan sebesar Rp. 50.000,-/orang untuk menjelajahi hutan di Bukit Lawang dan melihat penangkaran orang hutan.

Sepanjang yang aku lihat banyak turis asing yang menginap dan melakukan trekking di kawasan hutan Bukit Lawang. Dan sini aku juga menemui beberapa caffe dan restoran yang tertata rapi dan cantik serta guest house yang menawarkan harga bervariasi dengan sentuhan alam pedesaan. Tinggal disesuaikan dengan budget dan kemauan kita yang seperti apa.

Kami melewati jembatan gantung menuju kawasan Bukit Lawang Ecolodge. siang yang cerah dengan langit yang membiru sebenarnya sangat mendukung untuk melakukan kegiatan trekking namun kami sudah terlalu siang sampai di Bukit Lawang.
melewati jembatan gantung

jembatan gantung menuju kawasan Ecolodge
 
Sungai Bahorok dari jembatan gantung
Kami hanya menyusuri kawasan di sekitar Restoran Ecolodge. Restoran dengan design perahu yang terbuat dari kayu di tengah - tengah hutan sangat artistik. Kami tidak melakukan pembelian dan atau makan minum disini karena masih kenyang dengan bekal yang kami bawa dari rumah. Jadi hanya sekedar jalan - jalan saja dan tidak ada sesuatu yang menarik hati kami untuk membeli cendera mata atau mencicipi hidangan di restoran ini. Mohon maaf lah kami yang tidak berbelanja disini. He he he he.

jalan menuju lokasi penangkaran orang utan
kawasan sebelum memasuki Bukit Lawang Jungle

papan penunjuk supaya kita selalu menjaga bumi dan tidak membuang sampah dan memproduksi sampah sembarangan

Puas mengelilingi kawasan Ecolodge kami kembali ke tempat istirahat kami dan aku segera melaksanakan sholat dzuhur. Selepas itu kami bertanya - tanya harga - harga sewa guest house dan hotel disini buat rencana jika berkenan berkunjung kembali disini.

Sekitar pukul 15.30 kami pun meninggalkan Bukit Lawang dan sempat singgah di Mesjid di sekitar jalan yang kami lalui sekitar Kebun/Desa Marike untuk melaksanakan sholat ashar.
Perjalanan berlubang - lubang kembali kami lalui dan akhirnya selamat sampai ke rumah sekitar pukul 20.00 WIB. Esok kembali kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar