Senin, 24 April 2017

MESJID RAYA AL OSMANI, VIHARA SIU SAN KENG DAN PEKAN LABUHAN

Minggu 23 April 2017 hari libur ini aku gunakan untuk jalan - jalan sekaligus sholat dzuhur di daerah Pekan Labuhan. Pekan Labuhan merupakan kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Labuhan dekat dengan Kota Pelabuhan Belawan - Medan. Aku tertarik ke sini karena aku melihat jejak - jejak Kesultanan Deli masih berdiri tegak disini.
Selepas mandi ( sehubungan dengan week end, biasa mandinya telat sikit ), aku bergegas mengendari motorku menuju ke Pekan Labuhan. Dari rumah yang tidak terlalu jauh dan hanya dijangkau sekitar 10 - 15 menit dengan mengendari motor dengan kecepatan sedang saja yang tidak sampai 40 km/jam. Melalui kawasan Jalan Yong Panah Hijau kemudian melintasi sungai Deli sampailah kita ke kawasan Pekan Labuhan. Sebenarnya bila kita melalui jembatan gantung akan lebih cepat lagi.


Jembatan gantung yang menghubungkan Yong Panah Hijau dengan Pekan Labuhan
Dari Jalan Titi Pahlawan kita akan berbelok sebelah kiri jika kita datang dari Medan Marelan maka kita akan mendapatkan Jalan Yong Panah Hijau sebelum kita mendapati jembatan yang membelah Sungai Deli yang akan menuju Simpang Kantor. Jalan Yong Panah Hijau yang berkelok - kelok dan di kawasan ini ramai penduduk dari suku Melayu Deli. Dahulunya jalan ini hanya jalan setapak saja dan kita sudah lebar dan beraspal dan juga dilalui angkotan kota yang menghubungkan dari Belawan menuju ke Terminal Amplas.


1. MESJID RAYA AL OSMANI

Aku sampai di Mesjid Raya Al Osmani sekitar pukul satu lewat dan sholat berjamah telah lewat dan telah dilaksanakan. Segera aku parkirkan sepeda motorku dan untuk mengambil air wudhu guna melaksanakan sholat dzuhur. Karena waktu sholat berjamaah telah usai aku tidak dapat melaksanakan sholat di ruang utama. Saat kunjunganku ke sini mesjid ini telah dikunci untuk ruangan utama, jadi bagi jama'ah yang ingin sholat dilaksanakan di teras mesjid yang luas dan juga bersih.

Mesjid Raya Al Osmani didirikan pada tahun 1854 oleh Sultan Deli pada zaman SULTAN OSMAN PERKASA ALAM yang didirikan  dengan bahan kayu - kayu pilihan.
Pada tahun 1870 -1872 oleh SULTAN MAHMUD PERKASA ALAM mesjid ini dibangun menjadi bangunan permanen.
Tahun 1927 oleh DELI MAATCHAPPIJ yang merupakan perusahaan perkebunan yang membuka usaha di Tanah Deli dilakukan perehaban menjadi lebih bagus lagi, sebagai tanggung jawab karena telah mengambil hasil - hasil bumi dari Tanah Deli.
Pada tahun 1963 - 1964 setelah zaman kemerdekaan mesjid ini kembali direhab yang dipelopori oleh T. BURHANUDDIN selaku DIRUT TEMBAKAU DELI II, yang merupakan perusahaan plat merah.
Tahun 1977 kembali direhab dari dana Presiden RI yang pada masa itu dijabat oleh Bapak Presiden SOEHARTO  yang masa itu menjabat Walikota Medan adalah H.M SALEH ARIFIN.
Tahun 1991 - 1992 diprakarsai oleh Bapak H. BACHTIAR JAFAR selaku Walikota Medan dilakukan pemugaran.
Mesjid Raya Al Osmani dari arah utara
Bila kita amati design mesjid ini merupakan perpaduan dari arsitektur Melayu, Arab dan India. Pilar - pilar bangunan sama dengan pilar Istana Maimun.
Pintu utama mesjid, pilar - pilar bangunan sama dengan Istana Maimun
Design bangunan yang sama dengan Istana Maimun menandakan bahwa bangunan ini dibangun pada masa dipimpin sultan yang sama yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam setelah bangunan asli yang berbahan dari kayu - kayu pilihan pada masa Sultan Osman Perkasa Alam kemudian dibangun menjadi bangunan permanen pada masa kesultanan Deli dipimpin oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam. Cikal bakal pemerintahan Kesultanan Deli adalah di Pekan Labuhan sebelum berpindah ke Kampung Medan tepatnya di jalan Brigjend Katamso Medan. Namun jejak - jejak istana Kesultanan Deli tidak ada disini. Yang ada tersisa Mesjid Raya Al Osmani ini. Saat ini bangunan telah bertambah namun tidak merusak bangunan asli mesjid ini. Mesjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemko Medan. Dan di sekitar mesjid ini terdapat makam - makam Sultan Kesultanan Deli dan kerabat - kerabatnya.
Mesjid Raya Al Osmani yang terletak di Jalan Kol Yos Sudarso Pekan Labuhan dekat dengan Pelabuhan Belawan




Setelah puas aku mengelilingi mesjid ini aku melanjutkan perjalananku ke Vihara Siu San Keng. Vihara yang tidak jauh dari Mesjid Raya Al Osmani yang berada di seberang jalan saja menandakan dan memberikan kesadaran kepadaku bahwa sejak zaman dahulu pemimpin negeri ini telah hidup berdampingan dengan damai dengan segala perbedaan yang ada. Saling menghargai dan bertoleransi. Ini yang mesti kita tiru dan harus dipertahankan.

2. VIHARA SIU SAN KENG

Vihara yang letaknya di seberang Mesjid Raya Al Osmani di jalan yang sama ini selesai dibangun pada tahun 1890 tepatnya pada Tahun Harimau. Pembangunan vihara ini dipimpin oleh Bapak SHIA ENG TJAI yang beranggotakan 11 orang untuk membangun vihara ini. Aku tidak sempat menanyakan aliran apa yang mereka pegang di vihara ini dan saat aku ke sini vihara ini dalam masa renovasi bangunan depannya. Vihara ini kental dengan ornamen - ornamen China dan bagi kita yang beragama lain tetap diperkenankan untuk masuk dan melihat - lihat vihara ini. Aku tidak masuk ke dalam ruangan pemujaan karena menurutku itu adalah tempat sakral dan banyak umat yang sedang melakukan sembahyang jadi aku sebagai umat yang berbeda tidak ingin mengganggu kekhusyukan umat itu dalam menjalankan ritual agamnya.

bangunan yang sangat kental dengan unsur China

Vihara dalam proses renovasi
Pintu gerbang memasuki vihara
Melihat letaknya yang berdampingan dengan Mesjid Raya Al Osmani dan pembangunan dengan tahun yang berdekatan dapat disimpulkan bahwa sejak dahulu masing - masing umat telah hidup berdampingan dengan damai dari sejak zaman dahulu. Pelajaran yang dapat dipetik adalah perbedaan akan selalu ada, perbedaan tidak untuk dimusnahkan, perbedaan tidak untuk dihilangkan dan dihanguskan, namun perbedaan adalah khazanah kekayaan yang harus dijaga dengan sama - sama beriktikad untuk saling menghargai dan menghormati masing - masing perbedaan dan tidak mendiskreditkan golongan - golongan tertentu dan bersatu dalam kebhinekaan.


3. PEKAN LABUHAN

Tak jauh dari Vihara ini dan hanya berjarak beberapa meter saja ( sekitar 15 meter ) kita akan menjumpai pertokoan - pertokoan lama. Menurut pandanganku dahulu disini merupakan pusat perdagangan dan perniagaan. Lokasinya yang sangat dekat dengan Sungai Deli menjadikan kawasan ini merupakan urat nadi perekonomian penduduk. Kawasan inilah yang disebut dengan PEKAN LABUHAN.

Bila kita perhatikan design bangunan toko merupakan design bangunan lama yang hampir menyerupai kawasan pertokoan di kawasan Stadhyus atau Bangunan Merah di Melaka. Hanya saja bangunan ini tidak terawat dan peran Pemerintah sangat minim dan bahkan dikatakan tidak ada untuk mempercantik dan mempertahankan sejarah kejayaan Tanah Deli. Yang ada sekarang kawasan Pekan Labuhan adalah lapak - lapak yang tidak teratur dan jauh dari kata bersih. Sangat disayangkan. Inilah kisah perjalananku yang hanya beberapa jam saja di kawasan yang dahulunya merupakan pusat Pemerintahan dan perdagangan sebelum Kesultanan Deli berpindah ke Kampung Medan. Jejak - jejak sejarah yang harus dipertahankan.

Sungai Deli yang pernah berjaya sebagai urat nadi perhubungan dan perdagangan

Pekan Labuhan, banyak bangunan pertokoan lama disini
Aku meninggalkan Pekan Labuhan dengan membawa foto - foto yang aku abadikan dan akan kusimpan dan aku bagikan untuk anakku. Akan aku ceritakan tentang kejayaan Kesultan Deli dan jejak - jejak yang tertinggal di PEKAN LABUHAN. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar