Rabu, 23 Agustus 2023

PUISI PUISIKU

 

CATATAN UNTUK BUAH HATIKU.

 

Ada keriangan mengisi relung – relung ini

Setiap kutatap bola matamu

Dalam celotehmu

Dalam tangisanmu

Dalam amarahmu

 

Ada kecemasan di hatiku

Kala kudengar rintihanmu

Kala engkau tak ceria

Kala engkau merajuk

Kala engkau sakit

 Permataku,

Engkaulah pilar hidupku,

Penguatku,

Penyemangatku,

Geloraku,

Cahaya hidupku.


Medan,  20 November 2009

 

 

SAYAP – SAYAP PATAH

Sayapku tak sanggup aku kepakkan lagi

Aku lelah untuk terbang

Aku layu dan tak berdaya

Tinggal sedikit asa yang harus kujaga

 

Sayapku tak sanggup aku kepakkan lagi

Hanya sebatas lingkupku kini

Hanya sebatas ruang yang sepi

Tinggal segelintir sayapku yang harus kurawat

 

Dalam kelelahan dan keputus asaan

Semoga ada cahaya yang terus bersinar

Di sini dan terus di sini

Di hati ini.

 

 

Medan, November 2009

  

AMARAHKU

 Kegeraman membara disini

Api ini terus membara

Pada  pola laku manusia

Pada pemimpin

Pada ulama

Pada cerdik pandai

 

Kegeraman membara disini

Akan keserakahan

Akan kezaliman

Akan kekerasan

Akan kenistaan

 

Kegeraman membara disini

Dalam hati ini

Dalam mata ini

Dalam mulut ini

Aku tak tau harus kutumpahkan kemana

 

 Medan, 22 Juli 2010

 

DIALOG KADAL DAN BUAYA

Seekor kadal menyapa buaya hari ini

Ada kilau air mata dipelupukmu

Namun kadal tak mampu untuk menghapusnya

Apalagi untuk menghentikannya

 

Seekor kadal menyapa buaya hari ini

Masih gundahkah hatimu

Masih galaukah hatimu

Masih cemaskah dirimu

 

Seekor kadal menyapa buaya hari ini

Sudah amankah dirimu

Sudah bersihkah dirimu

Dengan air mata sandiwaramu

 

Seekor kadal menyapa buaya hari ini

Aku dan kamu sama – sama pelakon

Aku dan kamu memainkan peran

Aku dan kamu sama – sama dibungkus nista

 

 Medan, 21 Juli 2010

 

 

LARAKU

 

Laraku kian menggunung

Laraku kian mendera

Mencabik – cabik hatiku

 

 

Laraku tiada bertepi

Berteman hening dan sepi

Dalam lembah sedih

 

Laraku makin membuncah

Dalam api amarah yang membara

 

Laraku makin teriris

Dengan pisau rinduku

Dengan risau hatiku

Di relung hatiku pada dirimu

 

 

 

 

Medan, 22 Juli 2010

 

BALADA SEPASANG KASUT

 Kasutku mulai kusut hari ini

Menjelajah trotoar sepanjang hari ini

Kasutku mulai lelah hari ini

Menopang beban  tubuhku sepanjang hari

 

Kasutku tak pernah mengeluh padaku

Walau aku terus mengayuh langkahku

Kasutku tak pernah berkeluh kesah

Walau sepatah kata tak pernah aku desah

 

Kasutku selalu menyambutku

Dalam pagi yang sepi

Dalam malam yang gelap

Dalam hujan yang dingin

Dalam kemarau yang kering

Dia selalu ada menemani setiap langkahku

 

 

 

Medan, 22 Juli 2010

 

 

TATKALA LANGIT TAK LAGI BIRU

 

Langitku tak lagi biru hari ini

Sekelompok awan berkejaran menggumuli

Langitku mulai basah hari ini

Rinai hujan berlomba untuk mencapai bumi

 

Langitku tak lagi biru hari ini

Gedung - gedung berjejal mengungguli

Langitku kusam karena polusi

Asap pabrik dan kendaraan saling berbagi

 

Birumu terhalau awan

Birumu mulai dalam khayalan

Birumu kini mulai kelam

Dan birumu kini makin tenggelam

 

 

 

Medan, 22 Juli 2010

 

SENDIRI

 

Diam dalam basah

Teronggok seorang diri

Sepi dalam resah

Sendiri menanti kasih

 

 

 

Medan, 22 Juli 2010

 

HUJAN PAGI INI

Hari ini engkau datang lagi

Membasahi ragaku yang kering

Hari ini engkau turun lagi

Membasuhi bumi ini

 

Rinaimu menutupi pandangku

Rinaimu menggenangi jalanku

Rinaimu menetesi ragaku

Aku basah hari ini

 

Hari ini engkau datang lagi

Dan setelah engkau pergi

Terbitlah pelangi yang indah

 

 

 

Medan, 13 Agustus 2010

  

TATKALA  KUBERMUNAJAT

 

Tatkala gelisah hadir

Tatkala sepi menghujam

Tatkala resah menanti

Aku mohon kepada-Mu

 

Karena hanya kepada-Mu

Segala pinta dalam bait  - bait doa

Karena hanya kepada-Mu

Karunia dan segalanya

 

Tatkala keresahan melanda

Hanya kepada-Mu aku bercerita

Tatkala gundah merajah

Aku mohon dengan sebaris doa

 

Pada-Mu segala karunia

Dan hanya kepada-Mu kami meminta

 

 

 

 

 

Medan, 20 Desember 2010