CATATAN UNTUK BUAH HATIKU.
Ada keriangan mengisi relung – relung ini
Setiap kutatap bola matamu
Dalam celotehmu
Dalam tangisanmu
Dalam amarahmu
Ada kecemasan di hatiku
Kala kudengar rintihanmu
Kala engkau tak ceria
Kala engkau merajuk
Kala engkau sakit
Permataku,
Engkaulah pilar hidupku,
Penguatku,
Penyemangatku,
Geloraku,
Cahaya hidupku.
Medan, 20 November 2009
SAYAP – SAYAP PATAH
Sayapku tak sanggup aku kepakkan lagi
Aku lelah untuk terbang
Aku layu dan tak berdaya
Tinggal sedikit asa yang harus kujaga
Sayapku tak sanggup aku kepakkan lagi
Hanya sebatas lingkupku kini
Hanya sebatas ruang yang sepi
Tinggal segelintir sayapku yang harus kurawat
Dalam kelelahan dan keputus asaan
Semoga ada cahaya yang terus bersinar
Di sini dan terus di sini
Di hati ini.
Medan, November 2009
AMARAHKU
Kegeraman membara disini
Api ini terus membara
Pada pola laku manusia
Pada pemimpin
Pada ulama
Pada cerdik pandai
Kegeraman membara disini
Akan keserakahan
Akan kezaliman
Akan kekerasan
Akan kenistaan
Kegeraman membara disini
Dalam hati ini
Dalam mata ini
Dalam mulut ini
Aku tak tau harus kutumpahkan kemana
Medan, 22 Juli 2010
DIALOG KADAL DAN BUAYA
Seekor kadal menyapa buaya hari ini
Ada kilau air mata dipelupukmu
Namun kadal tak mampu untuk menghapusnya
Apalagi untuk menghentikannya
Seekor kadal menyapa buaya hari ini
Masih gundahkah hatimu
Masih galaukah hatimu
Masih cemaskah dirimu
Seekor kadal menyapa buaya hari ini
Sudah amankah dirimu
Sudah bersihkah dirimu
Dengan air mata sandiwaramu
Seekor kadal menyapa buaya hari ini
Aku dan kamu sama – sama pelakon
Aku dan kamu memainkan peran
Aku dan kamu sama – sama dibungkus nista
Medan, 21 Juli 2010
LARAKU
Laraku kian menggunung
Laraku kian mendera
Mencabik – cabik hatiku
Laraku tiada bertepi
Berteman hening dan sepi
Dalam lembah sedih
Laraku makin membuncah
Dalam api amarah yang membara
Laraku makin teriris
Dengan pisau rinduku
Dengan risau hatiku
Di relung hatiku pada dirimu
Medan, 22 Juli 2010
BALADA SEPASANG KASUT
Kasutku mulai kusut hari ini
Menjelajah trotoar sepanjang hari ini
Kasutku mulai lelah hari ini
Menopang beban tubuhku sepanjang hari
Kasutku tak pernah mengeluh padaku
Walau aku terus mengayuh langkahku
Kasutku tak pernah berkeluh kesah
Walau sepatah kata tak pernah aku desah
Kasutku selalu menyambutku
Dalam pagi yang sepi
Dalam malam yang gelap
Dalam hujan yang dingin
Dalam kemarau yang kering
Dia selalu ada menemani setiap langkahku
Medan, 22 Juli 2010
TATKALA LANGIT TAK LAGI BIRU
Langitku tak lagi biru hari ini
Sekelompok awan berkejaran menggumuli
Langitku mulai basah hari ini
Rinai hujan berlomba untuk mencapai bumi
Langitku tak lagi biru hari ini
Gedung - gedung berjejal mengungguli
Langitku kusam karena polusi
Asap pabrik dan kendaraan saling berbagi
Birumu terhalau awan
Birumu mulai dalam khayalan
Birumu kini mulai kelam
Dan birumu kini makin tenggelam
Medan, 22 Juli 2010
SENDIRI
Diam dalam basah
Teronggok seorang diri
Sepi dalam resah
Sendiri menanti kasih
Medan, 22 Juli 2010
HUJAN PAGI INI
Hari ini engkau datang lagi
Membasahi ragaku yang kering
Hari ini engkau turun lagi
Membasuhi bumi ini
Rinaimu menutupi pandangku
Rinaimu menggenangi jalanku
Rinaimu menetesi ragaku
Aku basah hari ini
Hari ini engkau datang lagi
Dan setelah engkau pergi
Terbitlah pelangi yang indah
Medan, 13 Agustus 2010
TATKALA KUBERMUNAJAT
Tatkala gelisah hadir
Tatkala sepi menghujam
Tatkala resah menanti
Aku mohon kepada-Mu
Karena hanya kepada-Mu
Segala pinta dalam bait - bait doa
Karena hanya kepada-Mu
Karunia dan segalanya
Tatkala keresahan melanda
Hanya kepada-Mu aku bercerita
Tatkala gundah merajah
Aku mohon dengan sebaris doa
Pada-Mu segala karunia
Dan hanya kepada-Mu kami meminta
Medan, 20 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar