Rabu, 22 Desember 2021

PAGI DI STASIUN KERETA API PULAU BRAYAN

Ada sesuatu yang istimewa menurut aku stasiun kereta api ini. Yang sering aku lalui walau aku belum pernah berhenti di stasiun ini. Karena untuk angkutan penumpang kereta api Sri Lelawangsa tidak melayani lagi penumpang untuk rute Stasiun Kereta Api Besar Medan ke Belawan yang jalurnya senantiasa melewati jalur kereta api Pulau Brayan. Namun dengan melihat bangunan - bangunan lama aku selalu tertarik dan keinginan untuk menikmati nostalgia masa lampau senantiasa memanggil - manggil diriku.

Perjalanan kereta api dari Medan ke Belawan sekarang hanya dilalui dengan kereta api barang dan tangki - tangki yang mengangkut CPO ( Crude Palm Oil ) dari perusahan - perusahaan baik perusahaan swasta maupun perusahaan negara.

Sumber photo : Dokumen pribadi


Kini bangunan - bangunan yang dahulu gudang - gudang untuk penyimpanan barang - barang yang akan dikirim ke daerah lain atau divisi jasa expedisi di perusahaan kereta api untuk jalur Pulau Brayan sudah rapuh dimakan usia. Tak ada lagi menyisakan riuh karyawan yang melakukan bongkar muat di statsiun ini dan sepanjang jalur Pulau Brayan. Yang tersisa hanya gedung - gedung yang mulai usang dan tua seiring dengan dimakannya usia. Aktifitas di stasiun ini hanya sebagai lalauan saja untuk menuju ke stasiun Belawan yang merupakan jalur akhir. Walau jalur - jalur ini masih selalu dirawat dan diperbaiki oleh PT. Kereta Api Indonesia. 

Apalagi jasa angkutan untuk penumpang. Sebenarnya tahun 2010 pernah dihidupkan kembali jalur penumpang dari Medan - Belawan - Medan, namun entah mengapa kini jalur tersebut telah berhenti dan belum beroperasi kembali. Aku dan keluargaku pada tahun 2010 pernah menggunakan jasa kereta api Sri Lelawangsa yang mengantarkan kami dari Stasiun Belawan ke Stasiun Besar di Lapangan Merdeka Medan.

Sumber photo : dokumen pribadi

 

Sumber photo : dokumen pribadi

 

Sumber photo : dokumen pribadi

Menurut sejarah yang aku baca dari berbagai literatur pembangunan jalur kereta api di Sumatera Utara atau di Tanah Deli merupakan usulan dari seorang manager perkebunan NV. Deli Matschappij  yang bernama J.T Cremer yang menganjurkan agar jaringan  kereta api segera dibangun karena kebutuhan distribusi perkebunan yang semakin besar. 

Deli adalah merupakan wilayah  Kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan yang sekarang dikenal dengan Kota Medan dan Deli Serdang. Berdasarkan hasil keputusan Gubernur Jendral Belanda di Batavia pada tanggal 23 Januari 1883 permohonan konsesi dari Pemerintah Belanda untuk pembangunan jaringan kereta api yang menghubungkan Belawan - Medan - Deli Tua - Timbang Langkat ( Binjai ) direalisasikan ( sumber : indephedia.com )

Namun pada Juni 1883 izin konsesi ini dipindahkan pengerjaannya dari NV Deli Matschappij kepada NV. Deli Spoorweg  Matschappij. Pada tahun itu juga pembangunan  rel kereta api pertama kali di Sumatera Utara yang menghubungkan Medan - Labuhan diresmikan oleh Komisaris NV. Deli Spoorweg Matschappij Peter Wilhem Janssen dan penggunaan jalur kereta api ini dimulai pada tanggal 25 Juli 1886 digunakan yang kita kenal saat ini sebagai Stasiun Medan.

Pesatnya perkembangan pertanian dan perkebunan  saat itu yakni pada tahun 1888 kawasan Belawan sudah dilewati kereta api dan menjadi moda transportasi utama yang menghubungkan Medan dengan Belawan. Dan di beberapa titik dibangunlah stasiun - stasiun kecil. Yang tersisa saat ini yakni Stasiun Pulau Brayan, Stasiun Titi Papan, Stasiun Labuhan dan Stasiun Belawan.
 
 Sumber photo : Google
Sumber photo : Google
 
Sebenarnya aku ingin menikmati kembali romansa naik kereta api dari Belawan ke Medan atau sebaliknya. Melewati stasiun - stasiun sisa - sisa pembangunan di zaman kolonial dan berharap jalur Medan - Belawan dapat hidup kembali seperti jalur Medan - Binjai - Medan.

Semoga.


Medan, 23 Desember 2021

Jumat, 12 November 2021

GEDUNG RISPA - PPKS MEDAN

 Bertahun - tahun selalu aku lewati gedung ini. Gedung yang terletak di Jl. Brigjen Katamso, Kampoeng Baroe Medan. Gedung peninggalan zaman kolonial Belanda yang berdiri megah selalu aku lewati kala saat itu aku melakukan praktikum ke Gedung Johor semasa kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara. Kami selalu melewati Jalan Avros tepat di sisi bangunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS ) yang namanya kini berada.

Gedung megah yang berwarna putih ini dulunya terkenal dengan AVROS, kemudian menjadi RISPA, kemudian PUSLITBUN dan kini menjadi PPKS ( Pusat Penelitian Kelapa Sawit ) Medan.

Berdasarkan literatur yang aku baca, sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS ) Medan, sebelumnya namanya PPKS kini bermula dari dibentuknya A.V.R.O.S  atau kepanjangan dari Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra di tanggal 27 Juni 1910

Pada perkembangan selanjutnya AVROS ini dijadikan nama jalan di sisi bangunan ini yang menghubungkan Jalan Brigjen Katamso ke kawasan Lapangan Udara Polonia.

Menurut sejarahnya AVROS ini merupakan Asosiasi pemilik, pekebun dan pedagang karet di Pantai Timur Sumatera pada saat itu mempunyai ide dan inisiatif untuk membangun suatu pusat kajian dan penelitian tersendiri dengan membeli tanah di Kampoeng Baroe, Medan. Dan pada akhirnya tepat pada tanggal 08 Desember 1916 Pusat Penelitian ini resmi diberi nama Algeemeen Proefstation der AVROS ( APA ), dan Dr. A.A.L Rutgers didapuk sebagai Direktur pertamanya. ( Sumber : PPKS Medan ).

Pada awalnya  Pusat Penelitian AVROS ini berfokus kepada penelitian karet, hal ini berdasarkan dari literatur yang aku baca.

Publikasi Mededeelingen van het APA Rubber Serie No.1 yang menyampaikan tentang pengaruh penyadapan dan musim terhadap kebutuhan nutrisi tanaman karet menjadi salah satu indikator bahwa APA memberikan pelatihan/kursus karet untuk berbagai pemilik kebun karet. ( Sumber  : PPKS Medan ).

Selain sebagai kantor, gedung ini juga sebagai tempat tinggal direktur. Sebelum menjadi PPKS, lembaga penelitian perkebunan pertama di Sumatra tersebut bernama APA (Algemeene Proefstation der AVROS/Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra) yang didirikan pada 26 September 1916. Saat awal, fokus utama penelitiannya adalah komoditas karet, setelah semakin berkembang APA juga menangani penelitian teh dan kelapa sawit.



Seiring dengan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Lembaga Penelitian A.P.A berganti nama menjadi Balai Penyelidikan GAPPERSU atau Research Institute of The Sumatera Planters Associations           ( RISPA ) pada tahun 1957. Status naman RISPA terus menerus berganti hingga pada tahun 1987 menjadi Pusat Penelitian Perkebunan ( Puslitbun ) Medan. Pada saat itu Pusat Penelitian Perkebunan tidak hanya di Medan saja, tapi ada beberapa Pusat Penelitian Perkebunan lainnya di Sumatera Utara yaitu :
1. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat
2. Pusat Penelitian Perkebunan Bandar Kuala
Dan pada akhirnya di tanggal 24 Desember 1992 ketiga Pusat Penelitian Perkebunan tersebut melebur menjadi satu menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS ). Nah itulah sejarah nama PPKS itu dari awal terbentuknya hingga saat ini.

Di samping ketiga Pusat Penelitian Perkebunan tersebut, terdapat juga Pusat Penelitian Karet yang terdapat di Sei Karang, Galang.

Kembali ke Gedung PPKS Medan ini, bangunan gedung ini mempertontonkan betapa kokohnya bangunan ini. Pilar - pilar gedung di setiap sudutnya menunjukkan betapa bangunan ini menggunakan desain yang  cukup kuat di setiap sudut bangunan. Bangunan induk mempunyai 3 pintu utama yang berada di depan  yang menghadap timur, dan dua pintu samping yang menghadap utara dan selatan. 

Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini didesain sesuai dengan iklim kota Medan yang tropis sebab itu semua bangunan menggunakan banyak jendela - jendela dan ventilasi agar cuaca Medan yang panas masih bisa ditolerir dengan bentuk bangunan yang tinggi dan memiliki sirkulasi udara yang baik di dalam gedung sehingga tidak memberikan efek panas. Walaupun saat ini ruangan - ruangan di gedung ini telah di lengkapi Air Conditioner.

Memasuki gedung ini maka sebelum masuk ke masing - masing ruang kerja  pintu utama kanan dan kiri serta depan terdapat koridor, setelah itu akan disambut dengan anak tangga yang terbuat dari kayu menuju lantai dua.

Lantai gedung terbuat dari marmer. Begitu kita masuk ke bangunan ini kita akan disambut dengan ramah oleh Satuan Pengamanan ( Satpam ) yang menanyakan keperluan dan tujuan kita berkunjung ke gedung ini. Aku mengunjungi gedung ini karena adanya sesuatu hal dengan salah satu Pimpinan di PPKS ini yang kebetulan satu alumni sekolah denganku dan tujuan kami saat itu adalah meminta petunjuk dan nasihat untuk suatu agenda kegiatan alumni sekolah yang akan dilaksanakan.

Dari koridor pintu utara juga dilengkapi dan dijaga dengan Satpam, dan sebelumnya aku dipersilahkan untuk menunggu di ruang tunggu. Ruang tunggu yang asri, lengkap dengan koran dan majalah dengan furniture yang elegan. Pada dinding - dinding ruang tunggu tamu terpajang foto - foto para pimpinan utama ( Direktur Utama ) PPKS ini dari masa  ke masa.

Pada koridor pintu utara dan selatan akan kita dapati bangunan yang terpisah dengan bangunan utama. Mungkin ini bangunan departemen - departemen lain yang merupakan satu kesatuan dari lini kerja di PPKS Medan.
 
Pada tangga bangunan yang menuju lantai dua juga terdapat ventilasi dan dinding yang tembus cahaya sehingga bangunan ini senantiasa tidak gelap dan pengap karena sirkulasi udara dan cahaya yang cukup maksimal.
 
Bangunan ini didominasi dengan cat warna putih, kecuali pada furnitur perabot yang dominan dengan bahan kayu, demikian juga tangga yang menghubungkan ke lantai dua yang terbuat dari kayu yang kuat dan sangat kokoh.















 Di bangunan lantai dua terdapat balkon yang menghadap utara dan bangunan ini tetap dengan ciri kas bangunan Eropah. Bangunan induk terhubung dengan bangunan lainnya dengan koridor yang memanjang di sisi kiri dan kanan bangunan utama. 

Selain itu kawasan bangunan ini dilengkapi dengan halaman dan lapangan rumput yang menghijau serta pohon - pohon di tiap sudut bangunan yang memberikan kesan asri dan teduh untuk kawasan PPKS, lapangan parkir yang luas dan juga taman - taman bunga yang tertata cantik dan asri.

Sebelum memasuki bangunan induk, di sisi kanan-kiri pintunya tertulis Hoogte Boven Zee (Medan - Peil) 32,45M (Hoogte Kop Rail D.S.M.Station Kp. Baru). Terdapat juga plang dan prasasti bertuliskan 'Gedung Cagar Budaya Kota Medan Badan Warisan Sumatera dan Lambang Pemerintah Kota'. Simbol-simbol warisan sejarah itu disempurnakan dengan adanya logo kerajaan Belanda bertuliskan 'LIPS'. ( sumber :  Syafitri Tambunan, Analisa Daily ).

Nama arsitek bangunan ini adalah G.H Mulder yang sangat faham dengan iklim di daerah trofis sehingga bangunan dibuat dengan desain yang tinggi namun sangat artistik dan dilengkapi dengan ventilasi yang banyak dan daun - daun jendela di setiap sisi agar cahaya dapat masuk dengan leluasa sehingga jauh dari kesan gelap, suram apalagi pengap.

Beruntung sekali aku dapat menginjakkan kaki di bangunan yang menjadi salah satu Cagar Budaya yang penuh dengan sejarah tentang perkembangan perkebunan di Sumatera Utara. Dan sekali lagi ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada abangnda kami Suhardiman selaku senior kami yang memberi kami kesempatan berkunjung ke kantornya sekaligus menikmati salah satu gedung cagar budaya ini.

Sepertinya aku masih merindukan untuk mengunjungi kembali di suatu masa nanti dan eksplorasi bangunan - bangunan bersejarah lainnya di Medan khususnya.


Sumber - sumber :

1. PPKS Medan

2. Analisa Daily

Kamis, 28 Oktober 2021

MENYUSURI BANGUNAN SISA KOLONIAL BELANDA PART IV - GEDUNG WARRENHUIS

Medan sebagai kota terbesar nomor tiga di Indonesia banyak menyisakan sisa sisa bangunan kolonial Belanda, terutama di kawasan Kesawan yang pada dahulu menjadi pusat bisnis dan pemerintahan di zaman kolonial  Belanda. Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya yakni Kantor Pos Besar, Gedung PP Londsum dan Gedung Asuransi Jasindo.
 
Berjalan sekit ke belakang Gedung PP Lonsum akan banyak kita jumpai bangunan - bangunan tua yang tidak berfungsi atau ditinggalkan pemiliknya.

Kali ini aku ingin menulis tentang bangunan yang terdapat di Jalan Ahmad Yani VII tepatnya di sekitar belakang bangunan PP London Sumatera terdapat juga bangunan - bangunan tua yang masih dihuni berupa ruko - ruko lama yang kalau kita amati penuh dengan orientasi China seperti halnya bangunan - bangunan tua di Kota Malaka - Malaysia. 

Namun kali ini aku bukan mengulas tentang bangunan ruko - ruko Pecinan tersebut tapi terdapat bangunan tua yang sudah tidak dihuni bahkan nyaris terbengkalai.



Gedung ini pada masanya dikenal dengan nama Warrenhuis. Letak bangunan yang sangat strategis tepat di persimpangan dengan arah pintu menghadap jalan yang sekarang dinamakan Jalan Ahmad Yani VII dan Jalan Hindu. Bangunan ini hanya berjarak beberapa meter saja dari Bangunan PP London Sumatera. 

Pada pintu utama bangunan terdapat tugu yang berdiri kokoh menghadap ke jalan raya. Dari segi arsitektur bangunan sesuai dengan kondisi daerah tropis. Arsitek membangun gedung ini dengan memperbanyak ventilasi dan jendela - jendela agar sirkulasi baik dan memberikan kenyamanan di tengah wilayah tropis yang panas dan lembab.

Menurut sejarahnya Gedung Warrenhuis dibangun pada tahun 1916 tidak berjarak jauh dengan bangunan kantor pos dan gedung PP Londsum serta Gedung Jasindo. Hanya saja bangunan ini berfungsi sebagai tempat perdagangan atau perniagaan kebutuhan sehari - sehari atau seperti yang disebut saat ini dengan Supermarket.

Menurut sejarah yang aku baca setelah selesai dibangun, gedung ini diresmikan penggunaannya pada tahun 1919 setelah tiga tahun dari proses pembagunannya oleh  Walikota Medan saat itu yaitu Daniel Baron Mackay. Kalau kita hitung sejak pembangunan pertama berarti gedung ini telah berusia 105 tahun.

Aku sendiri belum pernah masuk ke dalam bangunan ini, hanya sering melihat dari luar saja. Menurut literatur yang aku baca, Warrenhuis merupakan cikal bakal perdagangan modern pertama di kota Medan yang menjual aneka kebutuhan sandang, pangan dan juga barang - barang elektronik. 

Gedung ini hingga saat ini belum difungsikan lagi, namun oleh Walikota Medan yang baru Bapak Bobby Nasution pernah coba difungsikan sesuai dengan tekad beliau untuk menjadikan Kawasan Kesawan "Kitchen of Asia" yang sempat menumbuhkan semangat dan optimis bagi kita warga Medan namun Pandemi Covid 19 yang terpaksa harus menutup kegiatan tersebut dan entah kapan lagi dihidupkan kembali kegiatan perekomian di Kawasan Kesawan tersebut.

Menurut beberapa informasi yang aku baca di kanal - kanal online gedung ini merupakan milik dari Daliph Singh Bath yang merupakan taipan di masanya untuk usaha bioskop. 
Dan menurut kabar dari media yang aku baca pihak ahli waris juga berkenan jika bangunan ini dijadikan cagar budaya. Semoga saja kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Medan dengan pemilik Gedung Warrenhuis ini bisa terwujud sehingga menjadikan Medan sebagai kota yang bermartabat dan bersejarah.

Kamis, 16 September 2021

AKU DAN SEPIKU

Aku melintasi batas sepi ini, tanpa seorang kawan. Sendiri menembus waktu dan tempatku berlalu. Melewati batas - batas yang membisu tanpa suara lenguh atau bahkan keluh. Lewat nyanyian binatang malam yang bernyanyi lirih ditemani cahaya - cahaya yang diam membisu.
 
 Akh....waktuku kini sendiri dalam redup sayu dan tak ada bias - bias yang tersipu. Kesepianku pun beranjak dari sisi - sisi dan ruang yang berbius kelabu tentang masa - masa lalu yang masih belum berlalu. Masih menancap utuh dalam ingatanku walau aku keluh untuk membicarakan dengan sang waktu. Perjalanan masih jauh lagi, tapi sepiku masih menggantung lagi. Tak perduli walau elegi pagi telah bernyanyi dalam nada - nada yang sunyi dan sepi. 
 
 
 
 Perlahan aku untuk mencoba dalam arena keramaian, namun aku ternyata lebih menyukai sepiku. Dalam sepiku aku merasa diriku lebih mengerti. Berbicara dari hati ke hati dengan diri sendiri dan aku menikmati sepi dengan diriku. Pusaran sepi dan tanpa perlu ruang dan dimensi yang lain. Aku benar - benar ingin bersama sepiku.

Tatkala sepi diri memanggil, aku melayang bersama ruang - ruang yang telah terlewati dan bahkan di ruang - ruang khayalku. Kadang di luar batas nalarku, kenapa sepi ini begitu mengobsesi diri ini. Dalam sepiku aku serasa memutar kisah - kisah laluku, anganku dan juga khayalku.

Aku menikmati sepi ini. Dalam untaian senandung lirih, lewat bait - bait yang teratur rapi. Aku masih berdiam dan menikmati sepi ini.

Aku dan sepiku.

Selasa, 31 Agustus 2021

KEKUATAN DOA DAN SEDEKAH

Ternyata sudah lebih sebulan gak menulis di blog. Kangen juga tapi belum dapat ide buat menulis akhirnya ya nanti - nanti. Aku hanya ingin berbagi tentang kekuatan doa dan sedekah. Mungkin sahabat - sahabat sudah lebih berpengalaman soal ini namun aku ingin sekali lagi hanya berbagi bukan untuk menggurui atau apapun itu. 
 
 Doa adalah permohonan kepada Sang Khalik. Lewat doa - doa merupakan waktu kita untuk berdialog dengan Sang Pemilik Semesta Segalanya tanpa batas. Memohon apa yang kita inginkan, memohon apa yang kita pinta. Kepadanya kita memohon dan berharap semoga terkabul. Yakinlah Sang Khalik pasti akan mengabulkan doamu berdasarkan kepentingan dan kebutuhanmu bukan karena keinginanmu. Karena keinginanmu bukan selamanya baik dan kebutuhanmu pasti sangat bermanfaat untukmu. 
 
 Ketika doa - doamu belum terkabul bukan berarti Sang Khalik belum mendengar atau tidak mendengar pintamu, tapi DIA menguji keimanan dan kesabaranmu. Begitupun dengan sedekah. Sedekah tidak akan membuatmu menjadi kekurangan atau menjadi miskin. Namun sedekah akan menjadikan dirimu kecukupan dan berkah bagi rezekimu. Yakinlah dengan kekuatan doa dan sedekah.