Bertahun - tahun selalu aku lewati gedung ini. Gedung yang terletak di Jl. Brigjen Katamso, Kampoeng Baroe Medan. Gedung peninggalan zaman kolonial Belanda yang berdiri megah selalu aku lewati kala saat itu aku melakukan praktikum ke Gedung Johor semasa kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara. Kami selalu melewati Jalan Avros tepat di sisi bangunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS ) yang namanya kini berada.
Gedung megah yang berwarna putih ini dulunya terkenal dengan AVROS, kemudian menjadi RISPA, kemudian PUSLITBUN dan kini menjadi PPKS ( Pusat Penelitian Kelapa Sawit ) Medan.
Berdasarkan literatur yang aku baca, sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS ) Medan, sebelumnya namanya PPKS kini bermula dari dibentuknya A.V.R.O.S atau kepanjangan dari Algemeene
Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra di tanggal 27 Juni 1910.
Pada perkembangan selanjutnya AVROS ini dijadikan nama jalan di sisi bangunan ini yang menghubungkan Jalan Brigjen Katamso ke kawasan Lapangan Udara Polonia.
Menurut sejarahnya AVROS ini merupakan Asosiasi pemilik, pekebun dan pedagang karet di Pantai Timur Sumatera pada saat itu mempunyai ide dan inisiatif untuk membangun suatu pusat kajian dan penelitian tersendiri dengan membeli tanah di Kampoeng Baroe, Medan. Dan pada akhirnya tepat pada tanggal 08 Desember 1916 Pusat Penelitian ini resmi diberi nama Algeemeen Proefstation der AVROS ( APA ), dan Dr. A.A.L Rutgers didapuk sebagai Direktur pertamanya. ( Sumber : PPKS Medan ).
Pada awalnya Pusat Penelitian AVROS ini berfokus kepada penelitian karet, hal ini berdasarkan dari literatur yang aku baca.
Publikasi
Mededeelingen van het APA Rubber Serie No.1 yang menyampaikan tentang
pengaruh penyadapan dan musim terhadap kebutuhan nutrisi tanaman karet menjadi
salah satu indikator bahwa APA memberikan pelatihan/kursus karet untuk berbagai
pemilik kebun karet. ( Sumber : PPKS Medan ).
Selain sebagai kantor, gedung ini juga sebagai tempat tinggal direktur. Sebelum
menjadi PPKS, lembaga penelitian perkebunan pertama di Sumatra tersebut bernama
APA (Algemeene Proefstation der AVROS/Algemeene Vereeniging van Rubberplanters
ter Oostkust van Sumatra) yang didirikan pada 26 September 1916. Saat awal,
fokus utama penelitiannya adalah komoditas karet, setelah semakin berkembang APA
juga menangani penelitian teh dan kelapa sawit.
Seiring dengan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Lembaga Penelitian A.P.A berganti nama menjadi Balai Penyelidikan GAPPERSU atau Research Institute of The Sumatera Planters Associations ( RISPA ) pada tahun 1957. Status naman RISPA terus menerus berganti hingga pada tahun 1987 menjadi Pusat Penelitian Perkebunan ( Puslitbun ) Medan. Pada saat itu Pusat Penelitian Perkebunan tidak hanya di Medan saja, tapi ada beberapa Pusat Penelitian Perkebunan lainnya di Sumatera Utara yaitu :
1. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat
2. Pusat Penelitian Perkebunan Bandar Kuala
Dan pada akhirnya di tanggal 24 Desember 1992 ketiga Pusat Penelitian Perkebunan tersebut melebur menjadi satu menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS ). Nah itulah sejarah nama PPKS itu dari awal terbentuknya hingga saat ini.
Di samping ketiga Pusat Penelitian Perkebunan tersebut, terdapat juga Pusat Penelitian Karet yang terdapat di Sei Karang, Galang.
Kembali ke Gedung PPKS Medan ini, bangunan gedung ini mempertontonkan betapa kokohnya bangunan ini. Pilar - pilar gedung di setiap sudutnya menunjukkan betapa bangunan ini menggunakan desain yang cukup kuat di setiap sudut bangunan. Bangunan induk mempunyai 3 pintu utama yang berada di depan yang menghadap timur, dan dua pintu samping yang menghadap utara dan selatan.
Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini didesain sesuai dengan iklim kota Medan yang tropis sebab itu semua bangunan menggunakan banyak jendela - jendela dan ventilasi agar cuaca Medan yang panas masih bisa ditolerir dengan bentuk bangunan yang tinggi dan memiliki sirkulasi udara yang baik di dalam gedung sehingga tidak memberikan efek panas. Walaupun saat ini ruangan - ruangan di gedung ini telah di lengkapi Air Conditioner.
Memasuki gedung ini maka sebelum masuk ke masing - masing ruang kerja pintu utama kanan dan kiri serta depan terdapat koridor, setelah itu akan disambut dengan anak tangga yang terbuat dari kayu menuju lantai dua.
Lantai gedung terbuat dari marmer. Begitu kita masuk ke bangunan ini kita akan disambut dengan ramah oleh Satuan Pengamanan ( Satpam ) yang menanyakan keperluan dan tujuan kita berkunjung ke gedung ini. Aku mengunjungi gedung ini karena adanya sesuatu hal dengan salah satu Pimpinan di PPKS ini yang kebetulan satu alumni sekolah denganku dan tujuan kami saat itu adalah meminta petunjuk dan nasihat untuk suatu agenda kegiatan alumni sekolah yang akan dilaksanakan.
Dari koridor pintu utara juga dilengkapi dan dijaga dengan Satpam, dan sebelumnya aku dipersilahkan untuk menunggu di ruang tunggu. Ruang tunggu yang asri, lengkap dengan koran dan majalah dengan furniture yang elegan. Pada dinding - dinding ruang tunggu tamu terpajang foto - foto para pimpinan utama ( Direktur Utama ) PPKS ini dari masa ke masa.
Pada koridor pintu utara dan selatan akan kita dapati bangunan yang terpisah dengan bangunan utama. Mungkin ini bangunan departemen - departemen lain yang merupakan satu kesatuan dari lini kerja di PPKS Medan.
Pada tangga bangunan yang menuju lantai dua juga terdapat ventilasi dan dinding yang tembus cahaya sehingga bangunan ini senantiasa tidak gelap dan pengap karena sirkulasi udara dan cahaya yang cukup maksimal.
Bangunan ini didominasi dengan cat warna putih, kecuali pada furnitur perabot yang dominan dengan bahan kayu, demikian juga tangga yang menghubungkan ke lantai dua yang terbuat dari kayu yang kuat dan sangat kokoh.
Di bangunan lantai dua terdapat balkon yang menghadap utara dan bangunan ini tetap dengan ciri kas bangunan Eropah. Bangunan induk terhubung dengan bangunan lainnya dengan koridor yang memanjang di sisi kiri dan kanan bangunan utama.
Selain itu kawasan bangunan ini dilengkapi dengan halaman dan lapangan rumput yang menghijau serta pohon - pohon di tiap sudut bangunan yang memberikan kesan asri dan teduh untuk kawasan PPKS, lapangan parkir yang luas dan juga taman - taman bunga yang tertata cantik dan asri.
Sebelum memasuki bangunan induk, di sisi kanan-kiri
pintunya tertulis Hoogte Boven Zee (Medan - Peil) 32,45M (Hoogte Kop Rail
D.S.M.Station Kp. Baru). Terdapat juga plang dan prasasti bertuliskan 'Gedung
Cagar Budaya Kota Medan Badan Warisan Sumatera dan Lambang Pemerintah Kota'.
Simbol-simbol warisan sejarah itu disempurnakan dengan adanya logo kerajaan
Belanda bertuliskan 'LIPS'. ( sumber : Syafitri Tambunan, Analisa Daily ).
Nama arsitek bangunan ini adalah G.H Mulder yang sangat faham dengan iklim di daerah trofis sehingga bangunan dibuat dengan desain yang tinggi namun sangat artistik dan dilengkapi dengan ventilasi yang banyak dan daun - daun jendela di setiap sisi agar cahaya dapat masuk dengan leluasa sehingga jauh dari kesan gelap, suram apalagi pengap.
Beruntung sekali aku dapat menginjakkan kaki di bangunan yang menjadi salah satu Cagar Budaya yang penuh dengan sejarah tentang perkembangan perkebunan di Sumatera Utara. Dan sekali lagi ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada abangnda kami Suhardiman selaku senior kami yang memberi kami kesempatan berkunjung ke kantornya sekaligus menikmati salah satu gedung cagar budaya ini.
Sepertinya aku masih merindukan untuk mengunjungi kembali di suatu masa nanti dan eksplorasi bangunan - bangunan bersejarah lainnya di Medan khususnya.
Sumber - sumber :
1. PPKS Medan
2. Analisa Daily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar