Senin, 07 Juni 2021

MENYUSURI BANGUNAN SISA KOLONIAL DI KOTA MEDAN ( PART II - GEDUNG LONSUM )

 Hadoh.....ternyata bulan Mei terlewat tanpa ada menulis di blog.  Suasana puasa Ramadhan yang harusnya diproduktifkan malah terlewat begitu saja, ditambah lagi dengan Idul Fitri akhirnya pun terlewat juga untuk menulis di blog ini. Dan kini telah masuk ke edisi Juni 2021, sudah masuk pertengahan tahun. Wah....aku harus menulis lagi sebagai salah satu terapi agar tidak lekas pikun nantinya.

Seperti pada medio April 2021, aku menulis tentang bangunan  kolonial di Medan yang masih tersisa yakni Kantor Pos Medan, kali ini aku juga akan menulis tentang Bangunan Sisa Kolonial di Medan yang masih tersisa pada bagian kedua. Masih dalam kawasan yang sama yakni di Kesawan karena memang Bangunan Kolonial Belanda pada zaman dahulu terpusat di kawasan Kesawan yang pada masanya menjadi pusat bisnis dan pemerintahan.


 


Nah...kali ini yang akan aku tulis tentang gedung PT. PP London Sumatera atau populer dengan Gedung Lonsum. Gedung yang berada di Jalan Ahmad Yani tepat di persimpangan Jalan Pulau Pinang dan Jalan Perdana merupakan lokasi yang strategis. Gedung yang berwarna dominan putih yang kental dengan arsitektur Eropah berdiri megah dengan lima lantai. Sampai saat ini masih berfungsi sebagai kantor pusat Perusahaan Perkebunan London Sumatera.

Gedung ini merupakan salah satu cagar budaya di kota Medan dan gedung yang pertama kali menggunakan lift di dalam bangunannya. Gedung ini selesai di bangun pada tahun 1906, lebih dahulu berdiri dibanding dengan Gedung Kantor Pos Pusat Medan yang lokasinya saling berhampiran. Dibangun oleh David Harrison pemilik perkebunan karet Harrison & Crossfield Company ( H&C ) yang berpusat di Kota London, Inggris.

Pada masa itu gedung ini berfungsi sebagai kantor pusat perdagangan  dan perkebunan. Model arsitektur gedung ini mengadaptasi bangunan - bangunan di London pada abad 18 - 19 terutama pada desain pintu - pintu dan jendela - jendela.

Secara struktur bangunan, gedung Lonsum ini menunjukkan betapa kokohnya bangunan ini dan ini terbukti hingga sampai saat ini gedung ini masih berdiri kokoh dengan posisi yang strategis. Menurut sejarahnya setelah selesai gedung ini dijual kepada Pemerintah Belanda dan sempat berubah nama menjadi Juliana Building sesuai dengan nama Ratu Juliana yang merupakan penguasa tertinggi di Kerajaan Belanda. Dan semenjak Indonesia merdeka gedung ini diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan menjadi milik negera Indonesia.

Namun dalam kisah selanjutnya pengelolaan dan fungsi gedung ini menjadi kantor pusat dari Perusahaan Perkebunan London Sumatera yang wilayah kebunnya membentang dari Sumatera Utara sampai ke Palembang bahkan kini kebunnya telah berkembang sampai di luar Pulau Sumatera.






Pada masa aku kuliah dahulu sekitar tahun 1990an di dalam Gedung Lonsum ini terdapat perpustakaan British Council Library dan aku pernah menjadi member dan peminjam buku - buku dari perpustakaan Konsul Inggris yang berada di Kota Medan, namun sepertinya sekarang sudah tidak ada lagi perpustakaan British Council Library di sini dan menurut kabar yang aku dapatkan perpustakaan ini pindah di gedung depan Istana Maimoon.

Kembali ke Gedung Lonsum ini sampai kini gedung ini masih berfungsi sebagai kantor PT. PP London Sumatera dan keaslian gedung ini masih tetap terjaga hingga saat ini.

Selamat menikmati bangunan - bangunan bersejerah di kota Medan.