Senin, 01 Mei 2017

TANAH KARO - SIDIKALANG - TOBA SAMOSIR - SAMOSIR - SIMALUNGUN ( PERJALANAN KELILING SAMOSIR DANAU TOBA )

AGUSTUS 2015

Sabtu di bulan Agustus 2015,  kami ( aku, istri dan anakku ) diajak oleh keluarga istriku untuk jalan - jalan ke Parapat - Danau Toba. Destinasi yang rutin atau kerap kali kami kunjungi, karena Danau Toba merupakan destinasi favorit bagi masyarakat Sumatera Utara untuk melakukan plesiran atau melancong. Sebenarnya kondisi dalam keadaan bulan tua namun karena akomodasi sudah ditanggung semuanya ya kami ikut saja. 

Berbekal mobil rental, kami sesuai rencana berangkat malam hari. Perjalanan tidak melalui jalan raya Lintas Sumatera Utara, seperti yang biasa dilalui melalui Serdang Bedagai - Tebing Tinggi - P. Siantar - Parapat. Namun kali ini kami melalui Kaban Jahe.

Perjalanan kami mulai sekitar pukul 23.00 WIB dan tujuan utama adalah mandi di air panas Lau Debuk - Debuk di Tanah Karo. Sepanjang perjalanan banyak kami jumpai anak muda - mudi yang bersepeda motor menuju kawasan Berastagi terutama nongkrong di Penatapan. Aku baru tahu kalau suasana disini makin malam semakin ramai dan suasana tempat makan jagung rebus dan jagung bakar di Penatapan seperti suasana discotique aja. Kami hanya melintas saja karena Penatapan bukan tujuan kami dan segera meluncur ke kawasan air panas ( air belereng ) di Lau Debuk _ Debuk. Air belereng ini merupakan limpahan dari Gunung Sibayak. Disini banyak terdapat kolam pemandian, tinggal kita memilih yang menurut kita rasa nyaman saja. Aku beberapa kali berkunjung kesini namun pada siang hari. Dan malam hari juga sangat ramai di kawasan ini. Aku tidak turut serta berendam ke kolam air panas, hanya tidur - tiduran saja di dalam mobil.

Setelah mereka selesai mandi dan berendam perjalanan kami lanjutkan dengan tujuan utama Danau Toba. Rencana semula melalui Desa Silalahi berubah, dan perjalanan dilanjutkan melalui Merek Tanah Karo dan selanjutnya menuju Sidikalang. Pagi sekitar subuh kami sampai di SPBU lewat Merek dan dinginnya pagi dan embun menyambut kedatangan kami. Melewati Kabupaten Dairi di sekitar jalan menuju Sidikalang kami berbelok menuju papan petunjuk arah Dolok Sanggul. Melintasi Desa Parbuluan di pagi yang sunyi dan berembun meleati perladangan kopi, perladangan sayuran ( kentang, kubis, wortel dll ), kami istirahat sejenak di Desa Parbuluan. Sepanjang jalan yang kami lalui jalan sudah mulus hanya di sekitar desa Parbuluan dalam kondisi perbaikan. Dan aku pikir saat ini jalan sudah mulus semua.

pagi di desa Parbuluan - Sidikalang
Pagi dengan mendung dan awan kelabu yang kami lihat, sepanjang perjalanan aku melihat kuda - kuda milik masyarakat disini yang digembala bebas di padang rumput. Melewati Taman Iman namun kami tidak singgah dan perjalanan kami lanjutkan menuju Tele. Oh ya selama perjalanan ini kita akan melalui beberapa Kabupaten. Setelah Kabupaten Karo maka kita akan masuk ke Kabupaten Dairi selanjutnya kita akan masuk ke Kabupaten Toba Samosir. Kawasan perkampungan yang sunyi dan udara yang masih segar. Sayang pada saat itu kabut asap hampir menyelimuti seluruh kawasan Sumatera sehingga pemandangan abu - abu yang menemani hampir seluruh perjalanan kami.

Pagi yang sunyi
Minggu pagi, dalam perjalanan banyak aku jumpai anak - anak yang menuju ke gereja beramai - ramai dan sebelum menjalankan kebaktian Minggu mereka sempatkan untuk membeli sarapan dan makan mie gomak yang dijual di depan gereja. Hampir sama keadaan yang aku jumpai, setiap gereja dengan moment  anak - anak yang beramai - ramai menikmati lezatnya mie gomak ( mengenai mie gomak sudah pernah aku tuliskan di edisi  April 2017 ).





Sekitar pukul 06.30 kami tiba di persimpangan Tele, aku membeli ombus - ombus ( makanan yang terbuat dari tepung beras dengan diberi gula merah kemudian dibungkus dengan daun pisang, selanjutnya dikukus ). Masih hangat dan diambil langsung dari dandang  dan ada juga lapet dibungkus daun bambu ( kue - kue tradisional kekayaan kuliner nusantara ).
Kawasan Tele masih sunyi, dari sini kita dapat menikmati Danau Toba yang indah, jalan yang berliku - liku dengan kontur perbukitan dan jurang - jurang. Kami sampai di Menara Pandang Tele dan singgah untuk menikmati keindahan alam ciptaan Yang Maha Kuasa.

Danau Toba dari Menara Pandang di Tele dengan cuaca berkabut

Di atas Menara Pandang Tele
Dari Menara Pandang Tele, aku dapat menikmati bentangan luas persawahan, bukit - bukit dan hutan cemara yang mengelilingi Danau Toba, air terjun Sidohoni yang kelihatan dari jauh, rumah - rumah adat suku Batak yang masih terjaga dan tertata rapi, hanya saja saat kunjunganku cuaca kurang bersahabat sehingga pemandangan yang aku dapatkan dengan nuansa abu - abu.

Perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Samosir. Jika kita menuju Pulau Samosir dari Tele maka kita tidak perlu menumpang feri dan kapal penyeberangan, karena Pulau Samosir tidak terpisah dari Pulau Sumatera. Disini kita akan disambut langsung Ibukota Kabupaten Samosir yaitu Pangururan. Kota Pangururan merupakan kota yang kecil saja. Dahulunya Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan berada dalam Kabupaten Tapanuli Utara, namun semenjak adanya kebijaksanaan Otonomi Daerah daerah - daerah ini dimekarkan menjadi kabupaten dan terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara, tujuannya agar dengan adanya otonomi daerah percepatan pembangunan segera tercapai dan kesejahteraan rakyat segera tercipta. Tujuan yang mulia, namun jauh dari praktek dan kenyataannya.  Oke kita lupalkan saja masalah politik, lanjut perjalanan keliling Bumi Samosir.

Sebenarnya pemandangan lebih indah melalui Tele jika ingin menikmati indahnya Danau Toba, namun jarak yang lebih jauh dan membutuhkan stamina sehingga jarang atau enggan lewat jalur ini. Namun banyak objek wisata yang dapat dilihat disini sperti air terjun Sidohoni, Pusuk Buhit, Bukit Teletubies, Pantai Pasir Putih Parbaba dan rumah - rumah adat Batak yang masih tertata apik.

Kami selanjutnya menikmati Danau Toba di Pantai Pasir Putih Parbaba. Setelah parkir dan sewa tikar ( masuk disini hanya dikenakan biaya parkir dan sewa tikar saja, tidak dikenai retribusi lainnya yaitu parkir Rp. 10.000,- dan sewa tikar Rp. 15.000,- ) kami segera menceburkan diri ke Danau Toba dan bekal segera dikeluarkan untuk disantap.


Selanjutnya kami menuju Tomok, kawasan destinasi favorit bila mengunjungi Pulau Samosir, tak lama kami disini karena sudah terlalu sering dikunjungi. Kesini hanya untuk menyebrang ke Parapat. Karena fery penyebrangan yang padat kami memilih naik fery penumpang menuju Parapat dan Tulang Wawan dan Tulang Ozi yang stanby menunggu fery penyebrangan. Selanjutnya kami menuju ke Tiga Raja Prapat dan sekitar Ajibata samapi maghrib menunggu mobil yang membawa kami tadi menyeberang ke Parapat.
Di Tiga Raja disambut hujan deras

Hujan di Tiga Raja, berteduh di pasar dan terminalnya
Fery penyeberangan tiba lewat pukul 7 malam, kami segera bergegas untuk segera pulang menuju Medan. Sekitar pukul 12 malam akhirnya kami sampai di Medan. Benar - benar perjalanan mengelilingi Samosir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar