Rabu, 17 Juli 2019

KEBUN MARJANDI TANAH KELAHIRAN YANG KINI SUNYI

Lebaran Idul Fitri 2019 momen yang tepat kumpul keluarga, jiran tetangga dan kerabat kerabat yang tinggal jauh. Lebaran kali ini kami sekeluarga besar mengunjungi tanah kelahiran.
Ya .... MARJANDI tanah kelahiran kami 7 ( tujuh ) bersaudara, Disini kami tumbuh dari lahir sampai besar dan setelah dewasa kami meninggalkan tanah kelahiran mencari peruntungan di daerah lain.
Marjandi tanah kelahiran, tetapi orang tua kami tidak memiliki sebidang tanah di sini karena disini merupakan tanah perkebunan milik negara. Sempat orang tuaku memiliki sebidang tanah di kawasan sekitar Marjandi namun dijual untuk dibelikan ke tempat yang lain dan untuk merubah nasib dan mencari peruntungan.

Balai Karyawan yang kini sepi dan usang
Leluhur kami banyak disemayamkan disini. Dan rentang fase kehidupan kami adik beradik banyak kami habiskan disini. 
Perjalanan waktu akhirnya memaksa kami untuk meninggalkan tanah kelahiran. Merantau demi merubah nasib, salah satu sebab kami meninggalkan tanah kelahiran kami. Kehidupan baru dan tanah harapan baru yang pada akhirnya menjadi tempat tinggal permanen sehingga harus mengubur kenangan - kenangan masa - masa kecil dulu.

Seiring pensiunnya orang tuaku akhirnya pelan - pelan tanah kelahiran kami tinggalkan karena telah ada tapak baru tempat kami untuk mengais rezeki. Rindu tanah kelahiran selalu ada dan terus membuncah.

Tapi kerinduan - kerinduan akan nostalgia kini telah berganti  seiring dengan bergantinya zaman dan waktu yang terus bergulir.

Marjandi kini bukan lagi hamparan perkebunan teh namun sekarang telah dikonversi menjadi hamparan tanaman kelapa sawit. Tak ada lagi kenangan masa kecil yang tersisa, bahkan puing - puing rumah masa kecil  kami dulu kini pun tak berbekas lagi. Tak ada sisa yang tertinggal untuk diceritakan kepada anak cucu kami tentang rumah kami dulu dimana kami tinggal beramai - ramai adik beradik.

Kini, saat kaki menjejakkan disini, mencoba menggali kenangan masa lalu yang ada rasa sunyi dan sepi. Tak bertemu lagi dengan sahabat - sahabat masa kecil dulu, karena mereka juga sudah pergi meninggalkan tanah kelahiran seperti diriku. Dan para sesepuh yang kami kenal dahulu sudah pada meninggalkan tanah kelahiran Marjandi menghadap Sang Khalik.
Dan  momen seperti saat ziarah kubur di Pekuburan Marjandi biasanya bisa bertemu sahabat - sahabat masa kecil dahulu.
Kenangan itu terbawa seiring air hujan yang mengalir meninggalkan lorong - lorong perkebunan kelapa sawit.


Kawasan perumahan kami dulu yang kini sudah beralih fungsi
 Tak kutemukan lagi tempat bermain kami dulu masa kami menghabiskan waktu. Halaman tempat kami bermain aneka mainan yang mengandalkan fisik kini telah tiada. Berganti dengan rindangnya tanaman kelapa sawit. Rumah - rumah kami jiran bertetangga dulu kini telah rubuh berganti dengan perkebunan. Banyak kenangan disini dengan teman - teman sepermainan yang kini keberadaan sudah terpencar entah dimana. Satu dua tetap terjalin komunikasi yang intens dan saling mengunjungi dan bersilaturahmi. Namun yang lainnya berpuluh - puluh tahun bahkan tidak bertatap muka dan berkomunikasi.

Pajak, kami menyebutnya begitu. Sebenarnya ini merupakan lokasi untuk jual beli atau katakanlah pasar di lokasi perumahan penduduk pekerja Kebun Marjandi juga telah roboh dan tak tersisa puing - puingnya. Lokasi dimana kami sering berkumpul dan melihat keramaian pasar saat pekerja perkebunan gajian.

Di lokasi ini juga sering terdapat keramaian dan pertunjukan kesenian tradisional seperti ludruk, wayang, band telah tiada. Bahkan bak mandi umum tempat kami dahulu ngantri untuk mengambil air bersih untuk kebutuhan konsumsi masing - masing rumah tangga telah tiada semua. Tak ada lagi aktifitas mencuci bersama, menampung air bersama di sini. Semuanya telah berubah.

Dan pabrik Pengolahan Teh juga telah berhenti aktifitasnya sejak lebih 10 tahun yang lalu seiring berubahnya fungsi lahan dari perkebunan teh ke tanaman kelapa sawit. Tak tercium lagi aroma wanginya teh sepanjang hari, mungkin bunyi sirene yang kerap kami dengar satu jam sekali bertanda pergantian waktu sudah tidak ada lagi. Masa itu kami menyebutnya BENGUNG.....sudah tidak berbunyi lagi, senyap di telan masa dan berganti sepi yang membuncah.
Tak ada lagi kenangan yang tersisa di sini........................................
😭😭😭😭

telah berubah

disini tempat kami biasa melaksanakan perayaan

dahulu berfungsi juga sebagai gedung bioskop

sepi dan sunyi, saksi masa lalu

rumah Mandor Besar Pabrik, tak semegah dulu

Selamat tinggal kenangan.................
MARJANDI YANG SELALU KURINDUKAN.

Medio, Juni 2019 saat mengunjungi KEBUN MARJANDI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar