Jumat, 13 Juli 2018

BALI ( PART I ) MENIKMATI KEINDAHAN TANAH LOT

Perjalanan yang terbilang cukup lama sebenarnya, sudah lebih 5 tahun namun belum sempat aku tulis dan hanya aku simpan di Tumblr saja, namu sayang Tumblr sudah diblokir di Indonesia. Akhirnya aku coba menulis dan menyimpannya perjalanan tersebut. Semoga memori 5 tahun lalu masih tersimpan rapi di imaginasi otakku, berusaha mengingat agar tak tergerus oleh masa dan tua yang makin merambat.

senja di Tanah Lot, sayang baru turun hujan

indah dan birunya pantai Kuta dipadu dengan langit yang cerah
Ini merupakan perjalanan di Maret 2013. Perjalanan dengan pesawat pagi - pagi banget dari Bandara Polonia Medan, sebelum subuh sudah harus berangkat dari rumah menuju Bandara Polonia diantar keponakan naik motor di pagi yang dingin. Alhamdulillah tidak sampai ketinggalan pesawat.
Bandara Polonia masih melayani penerbangan domestik dan Internasional pada saat itu. Check in di Maskapai Garuda dan langsung menuju ke gate penerbangan, masih pagi banget namun kondisi Bandara Polonia sudah ramai dengan orang - orang yang akan terbang.
Sampai di Cengkareng sekitar pukul 07.00 WIB dan harus transit karena jadwal penerbangan berikutnya ke Bali pada pukul 10.00 WIB.
Perjalanan yang menyenangkan ditemani langit biru yang minim awan, benar - benar cuaca bersahabat. Pukul 10.00 WIB akahirnya tiba juga dan lanjut dengan Maskapai Garuda untuk ke Denpasar. Di pesawat sempat ngobrol dengan penumpang dari Jakarta mereka rombongan keluarga untuk liburan ke Bali dan mereka menyebutkan masih memiliki garis keturunan dari Sumatera Utara, jumpa saudara dech.

Pukul 14.00 WIB atau pukul 15.00 WIB sampai di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali dan langsung disambut oleh travel agent yang membawa rombongan kami. Langsung di bawa makan siang di restoran nusantara, menikmati makan siang karena perut juga sudah mulai keroncongan. Makan siang masih di Denpasar.

menikmati makan siang disini ditemani iringan gamelan Bali yang merdu mendayu

Selepas makan siang, aku segera mencara mesjid di Denpasar untuk melaksanakan sholat Dzuhur ( jamak ) dan Ashar karena sudah masuk waktu sholat Ashar di Denpasar. Beruntung mesjid raya di Denpasar tak jauh tempatnya dari Patung Kuda ( yang sudah aku tulis di awal blog ku ). Akupun sholat disin berjamah, ramai jama'ah di mesjid ini. Mungkin ini satu - satunya mesjid di Denpasar karena sepanjang perjalanan selama 4 hari di Bali aku jarang sekali menenmu mesjid di Bali sekitarnya.

Selesai sholat sambil menunggu rombongan lain kami sejenak istrirahat di sekitar lokasi Patung Kuda di Denpasar untuk melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot.
Hujan mulai menyambut kedatangan kami dan di Tanah Lot mulai rintik rintik menyapa kedatangan kami. Tanah Lot tidak secantik biasanya, karena sekitarnya ditutupi awan kelabu.

suasana Tanah Lot di sore itu, mendung kelabu
 Moment yang kurang tepat berkunjung ke Tanah Lot, karena cuaca hujan dan mendung yang menutupi langit di kawasan Bali. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan niatku untuk menuju ke Tanah Lot. Sesampai di Tanah Lot kami diberitahu tentang keberadaan kisah dan sejarah Tanah Lot oleh para pendeta Hindu yang menjaga kawasan Tanah Lot tersebut.
Di Tanah Lot terdapat dua pura yang terletak di atas batu besar, namun tidak sembarangan orang diperkenankan masuk ke pura tersebut. Di tengah - tengah laut yang mengelilingi Tanah Lot terdapat mata air tawar yang mengalir dari bebatuan Tanah Lot ini. Pengunjung diperkenankan menggunakan dan minum air tersebut oleh para pendeta dan setelah itu diberikan beras untuk disematkan pada kening kita.

Menurut legenda pura ini dibangun oleh seorang Brahmana yang berasal dari Jawa yang bernama Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan pada abad ke 16.

Sore itu dari bibir pantai ke Pura Tanah Lot air laut mulai pasang dan ombak mulai mengayun ayun tapi cukup aman untuk aku lalui. Aku menuju ke Pura tersebut dan aku sempatkan berwudhu dengan mata air yang terdapat di Tanah Lot, Namun perlu diketahui air dari mata air di Tanah Lot tidak diperkenankan untuk membasuh kaki, jadi untuk menghormati mmasing - masing kepercayaan untuk membasuh kai kita dapat menggunkan air laut saja karena air laut tersebut dalam kategori air yang suci dan lagi mensucikan menurut ajaran fiqih yang aku dapat dan aku anut.

Senja mulai merapat dan berangsur tiba, cuaca masih belum bersahabat, air laut mulai pasang. Aku sempatkan untuk eksplorasi di sekitar Pura Tanah Lot, ada tempat - tempat tertentu yang dipasang tanda "DILARANG MASUK". Aku hormati itu dan aku sejenak menikmati senja dan merah di Tanah Lot. Langit kelabu tapi tidak untuk hatiku, karena aku begitu gembira untuk menikmati Pulau Dewata.

kelabu menggelayuti Tanah Lot

sore di Tanah Lot

langit mulai gelap

senja menjelang

sejenak di atas bebatuan

menjelang mentari ke peraduan

dan langit mulai memerah

air lautpun mulai pasang

malam menjelang di Tanah Lot

Hujan masih belum bersahabat dengan rombongan kami, dan semakin deras rinai - rinai turun membasahi bumi Pulau Dewata. Akupun segera kembali ke bibir pantai, namun sial bagiku air pasang yang sudah mencapai sebatas pinggang akhirnya membasahi handphone ku dan pada akhirnya tidak dapat aku gunakan lagi. Selama di Pulau Dewata tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga karena handphone tersiram air laut di Tanah Lot.

Tanah Pulau Dewata masih basah dan kami kembali menuju Kuta sebelum akhirnya untuk makan siang di tempat yang sama di restoran Tempo Doeloe. Mentari tidur di peraduan dan kami pun segera check in di hotel Ramada Bintang Beach Hotel di Kuta. Kelelahan menghinggapiku untuk segera berangsur menuju peraduan malam, tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar