Minggu, 08 April 2018

MENIKMATI SISA - SISA KEJAYAAN KESULTANAN LANGKAT

Minggu., 08 April 2018 akhirnya keinginan lama yang sudah diangan- angankan dari dulu dapat dieksekusikan. Keinginan untuk jalan - jalan di Kabupaten Langkat, tepatnya di Kota Tanjung Pura. Kota yang merupakan bekas Pusat Pemerintahan Kesultanan Langkat. Sayang kejayaan Kesultanan Langkat banyak yang tidak berbekas atau punah sehingga seperti tidak ada kejayaan masa lalu. Istana Kesultanan yang telah punah seperti halnya punahnya Istana Kesultanan Serdang. Tak ada lagi bekas - bekas peninggalan kemegahan istana disini. Hanya tinggal beberapa saja yang masih tersisa dan yang masih terjaga dengan baik adalah Mesjid Azizi.

1. MESJID AZIZI
Hanya segelintir yang tersisa, yaitu Mesjid Azizi yang dibangun oleh Kesultanan Langkat. Tanjung Pura kini bukan merupakan Pusat Pemerintahan Kabupaten Langkat. Pusat Pemerintahan Langkat kini berkedudukan di Stabat dan kota Tanjung Pura kita berstatus sebagai kota kecamatan saja.


Mesjid Azizi mulai dibangun pada tahun 1899 oleh Sultan Langkat Haji Musa dan selesai dan diresmikan oleh Putra beliau yaitu Sultan Abdul Aziz Djalil Rahmat Syah pada tanggal 13 Juni 1902. Mesjid ini berdiri di atas tanah seluas 18.000 M2 dibangun atas anjuran Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Musa Al- Muazzamsyahm namun Sultan Musa wafat sebelum pembangunan mesjid ini selesai dan diteruskan pembangunannya oleh putranya yang bergelar Sultan Abdul Aziz Djalil Rahmat Syah yang merupakan Sultan Langkat yang ke tujuh ( Sultan Langkat VII ), sumber Wikipedia.

Desain bangunan mesjid ini bergaya Timur Tengah dan India. Menurut sejarahnya mesjid ini dibangun mendatangkan arsitek berkebangsaan Jerman dan pelaksanaan pembangunan atau pekerja kebanyakan dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri. Bahan bangunan mesjid ini berasal dari Penang dan Singapura yang diangkut menggunakan kapal melalui Sungai Batang Serangan. Mesjid ini diresmikan berketepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal 1320 H atau bertepatan dengan tanggal 13 Juni 1902.


Ornamen - ornamen dan design bangunan bergaya Timur Tengah dan juga India dengan kubah - kubah yang banyak, di kubah utama atau kubah yang paling besar dilengkapi dengan jendela - jendela yang berfungsi sebagai tata cahaya untuk mesjid ini.

Ruang utama mesjid bersegi empat, bangunan induk berukuran 25 m x 25 m dengan dilengkapi dengan serambi Timur, Utara dan Selatan. Pintu utama berada di tengah - tengah sisi Timur, Utara dan Selatan dan di sisi kanan kiri  pintu utama terdapat pintu yang lebih kecil.

Pintu yang berada di sisi kanan kiri pintu utama
Di serambi Timur, Utara dan Selatan banyak terdapat pilar - pilar penyokong bangunan dengan nuansa Timur Tengah dan di dinding mesjid banyak terdapat lukisan kaligrafi. Untuk lukisan kaligrafi apakah ini telah ada sewaktu zaman kesultan atau dibuat baru pada zaman sekarang aku kurang tahu. Keindahan Mesjid Azizi ini menjadi rujukan pembangunan Mesjid Zahir di Negara Bagian Kedah, Malaysia sehingga kedua mesjid tersebut memiliki kesamaan satu sama lain.

Kami tiba di Tanjung Pura bertepatan dengan waktu Sholat Dzuhur sehingga kami sempat sholat berjama'ah di Mesjid Azizi ini. Mesjid ini dinamakan dengan Mesjid Azizi sehubungan dengan salah seorang yang berperan penting dalam penyelesaian pembangunan mesjid ini yaitu Sultan Abdul Azizi Djalil Rahmat Syah.
Di sekitar halaman mesjid ini banyak terdapat makam atau pusara keturunan Sultan Langkat dan salah satunya adalah makam Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Tengku Amir Hamzah seorang sastrawan pada zaman atau masa Balai Pustaka. Di sekitar mesjid terdapat perpustakaan T. Amir Hamzah, sayang pada saat kedatangan kami perpustakaan tutup.

D sisi Barat Mesjid Azizi terdapat banyak makam - makam keturunan Kesultanan Langkat dan salah satu makam tersebut adalah makam Tengku Amir Hamzah.

Menara Mesjid terletak di sebelah Timur Laut bangunan utama mesjid ini. Saat ini mesjid dan menara Mesjid Azizi dicat warna kuning sesuai dengan warna khas Tanah Melayu yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera.

Di depan atau dekat menara terdapat makam dari keturunan Sultan Langkat yang meninggal pada masa Revolusi Kemerdekaan, sesuai yang tercantum di nisan pada tahun 1946.
Tak jauh atau tepatnya di depan Mesjid Azizi terdapat bangunan sisa kolonial Belanda yang dahulu merupakan Kantor Kesultanan Langkat yang saat ini digunakan sebagai Museum Langkat.

2. MUSEM LANGKAT
Tahun 2003 bangunan ini digunakan sebagai Museum Langkat. Meseum yang menyimpan barang - barang pribadi peninggalan Tengku Amir Hamzah, namun sayang museum yang menempati bangunan bersejarah bekas kantor Kesultanan Langkat tidak terurus dan terawat, penuh dengan rumput liar dan nyaris sepert semak belukar.

 Sebenarnya bangunan peninggalan masa Kesultanan Langkat dibangun pada zaman kolonial ini memeiliki design bangunan yang unik. Bangunan gedung ini bukan persegi seperti layaknya bangunan - bangunan perkantoran atau perumahan. Bangunan gedung ini bulat dan atap bangunan pun didesign bulat seperti kubah. Di setiap sudut - sudut bangunan atau tiang - tiang penyokong terdapat ruangan kecil yang membentuk segitiga runcing yang juga dilengkapi dengan daun pintu.

Sudut pandang bangunan ini juga sangat strategis yang memandang ke sisi - sisi jalan dan pada bangunan atau teras - teras disanggah dengan pilar - pilar beton yang sangat kokoh. Design yang indah dan unik sayang tidak ada sentuhan perawatan dan kepedulian dari Pemerintah Daerah. Seharusnya kalau dikelola dengan baik akan mengundang pengunjung untuk hadir disini seperti halnya Kota Melaka. 


Teras bangunan museum ini mengelilingi bangunan sesuai dengan desain bangunan yang bulat dan terdapat 4 pintu untuk dapat memasuki gedung ini, namun ada 1 pintu utama. Di depan pintu utama di sisi kiri dan kanan pintu utama juga terdapat pintu. Sayang museum ini tutup saat kami kunjungan ke sana sehingga tidak dapat melihat isi dalam museum dan berdasarkan informasi masyarakat setempat museum ini koleksinya sudah banyak yang hilang. Sangat disayangkan sekali.

Pintu utama Museum Langkat

Sangat disayangkan bangunan yang penuh sejarah dan makna terbiarkan tak dirawat dengan kondisi yang memprihatinkan. Padahal jika dikelola dan dirawat dengan baik akan mendapatkan pemasukan dari para pengunjung dan meningkatkan wisata Langkat.

Satu hari kunjungan ke Bumi Kesultanan Langkat yang kami lalui dengan melintasi perkebunan tebu dan rumah - rumah gedung sisa - sisa peninggalan Kolonial Belanda dan gudang penjemuran tembakau Deli yang saat ini kondisinya banyak memprihatinkan.
Ayo berkunjung ke Langkat

1 komentar: