Aku melintasi batas sepi ini, tanpa seorang kawan. Sendiri menembus waktu dan tempatku berlalu. Melewati batas - batas yang membisu tanpa suara lenguh atau bahkan keluh. Lewat nyanyian binatang malam yang bernyanyi lirih ditemani cahaya - cahaya yang diam membisu.
Akh....waktuku kini sendiri dalam redup sayu dan tak ada bias - bias yang tersipu.
Kesepianku pun beranjak dari sisi - sisi dan ruang yang berbius kelabu tentang masa - masa lalu yang masih belum berlalu. Masih menancap utuh dalam ingatanku walau aku keluh untuk membicarakan dengan sang waktu. Perjalanan masih jauh lagi, tapi sepiku masih menggantung lagi. Tak perduli walau elegi pagi telah bernyanyi dalam nada - nada yang sunyi dan sepi.
Perlahan aku untuk mencoba dalam arena keramaian, namun aku ternyata lebih menyukai sepiku. Dalam sepiku aku merasa diriku lebih mengerti. Berbicara dari hati ke hati dengan diri sendiri dan aku menikmati sepi dengan diriku. Pusaran sepi dan tanpa perlu ruang dan dimensi yang lain. Aku benar - benar ingin bersama sepiku.
Tatkala sepi diri memanggil, aku melayang bersama ruang - ruang yang telah terlewati dan bahkan di ruang - ruang khayalku. Kadang di luar batas nalarku, kenapa sepi ini begitu mengobsesi diri ini. Dalam sepiku aku serasa memutar kisah - kisah laluku, anganku dan juga khayalku.
Aku menikmati sepi ini. Dalam untaian senandung lirih, lewat bait - bait yang teratur rapi. Aku masih berdiam dan menikmati sepi ini.
Aku dan sepiku.